REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Turki menyatakan pada Selasa (28/11) terdapat rencana memperluas misi militer di Suriah terhadap dua provinsi lainnya, yang berpotensi mengantarkan pasukannya ke dalam konfrontasi dengan petempur Kurdi dukungan Amerika Serikat yang Ankara anggap sebagai musuh.
Pasukan Turki melancarkan sebuah misi pengamatan di wilayah yang dikuasai pemberontak, di Provinsi Idlib, Suriah barat laut, di bawah kesepakatan dengan sekutu Damaskus, Rusia dan Iran untuk membantu mengurangi pertempuran antara gerilyawan dan pasukan pemerintah.
"Sudah dipertimbangkan, misi pengamatan militer Turki di daerah penurunan kegiatan perang di Idlib terus menemui kesuksesan, dan misi seperti itu akan dilakukan juga di dekat Aleppo barat dan Afrin, yang akan menghadirkan perdamaian dan keamanan lingkungan secara nyata," kata Dewan Keamanan Nasional Turki dalam pernyataan.
Ankara, yang telah lama mendukung kelompok pemberontak yang berusaha menggulingkan Presiden Bashar al-Assad, telah melunakkan tuntutannya, dan mereka menyampaikan kekhawatiran utama di Suriah saat ini, yaitu memerangi pemberontak dan petempur Kurdi.
Turki menganggap petempur kurdi di Suriah merupakan sekutu Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang telah melakukan pemberontakan selama puluhan tahun di wilayah Turki tenggara.
Awal bulan ini, Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan bahwa negaranya perlu melakukan operasi pembersihan di wilayah Afrin, Suriah barat laut, terhadap petempur YPG Kurdi, di saat operasi militer di Provinsi Idlib sebagian besar telah hampir selesai.
YPG Kurdi adalah unsur utama dalam kekuatan yang didukung AS. Washington telah memberikan bantuan pelatihan, persenjataan, dukungan serangan udara dan penasehat perang dalam melawan kelompok ISIS.
Pemberian dukungan oleh Washington kepada kelompok YPG telah memicu perselisihan antara Amerika Serikat dan Turki, dua negara bersekutu di dalam NATO.