REPUBLIKA.CO.ID, Rusia meminta negara lain tak mencampuri urusan Iran.
WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mencicitkan pernyataannya tentang aksi unjuk rasa di Iran melalui Twitter, kemarin. Ia mendorong para pengunjuk rasa meneruskan aksinya untuk melakukan perubahan di Iran.
"Seiring dengan hak asasi manusia, kekayaan Iran sedang dijarah. Iran gagal di setiap tingkat, meskipun kesepakatan mengerikan dilakukan dengan mereka oleh Pemerintah Obama. Orang-orang Iran yang hebat telah mengalami tekanan selama bertahun-tahun," kata Trump dalam akun Twitter resminya, Selasa (2/1).
Hubungan Iran dan AS kian renggang selepas Trump terpilih sebagai presiden melalui pemilihan umum 2016 lalu. Ia membatalkan kerja keras presiden sebelumnya, Barack Obama, yang berhasil merayu Iran menyepakati kesepakatan pembatasan program nuklir.
Kesepakatan itu tertuang dalam Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) yang ditandatangani pada 2015 antara Iran dan sejumlah negara kekuatan dunia lainnya. Salah satu poinnya, kesediaan Iran mengekang kegiatan pengembangan nuklir dengan imbalan diangkatnya beberapa sanksi ekonomi.
Sementara Trump, seperti dengan mayoritas politisi Partai Republik lainnya, mencela kesepakatan itu sebagai bencana dan kesepakatan terburuk yang pernah dinegosiasikan AS.
"Mereka lapar akan makanan dan kebebasan. Seiring dengan hak asasi manusia, kekayaan Iran sedang dijarah. Waktunya untuk berubah," tulis Trump.
Kebijakan antagonistis Trump terhadap Iran sebelumnya ia indikasikan dalam lawatannya ke Arab Saudi guna menghadiri pertemuan dengan 50 pimpinan Timur Tengah.
“Dari Lebanon ke Yaman, Iran membiayai persenjataan dan melatih teroris, milisi, dan kelompok ekstremis yang menyebarkan kehancuran dan kekacauan di seantero regional ini,” kata Trump saat itu. Pandangan itu diamini Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz dalam pidatonya.
Sikap Trump mendukung pengunjuk rasa juga ditegaskan Wakil Presiden AS Mike Pence yang ikut mencicitkan dukungannya, "Kami tidak akan mengecewakan mereka (para pengunjuk rasa)," tulisnya di akun Twitter, kemarin.
Presiden Benyamin Netanyahu juga menyatakan dukungan kepada para pengunjuk rasa di Iran, kemarin. “Saya mengharapkan warga Iran berhasil dalam perjuangan mereka meraih kebebasan,” kata Netanyahu melalui video yang ia unggah dalam akun Facebook-nya, kemarin.
Ia juga menyangkal tudingan bahwa Israel adalah dalang di balik aksi unjuk rasa di Iran belakangan.
Sejumlah negara mengungkapkan perhatian dan kekhawatirannya terkait pergolakan yang tengah terjadi di Iran. Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel meminta Pemerintah Iran menghormati hak para demonstran untuk berkumpul dan mengutarakan perasaan mereka.
Melihat kian runcingnya situasi, ia berharap semua pihak yang terlibat dalam pergolakan di Iran dapat menahan diri. "Setelah konfrontasi akhir-akhir ini, semakin penting semua pihak menahan diri dari tindakan kekerasan," ujar Gabriel dalam pernyataan tertulisnya seperti dikutip laman Anadolu Agency, Senin (1/1).
Kementerian Luar Negeri Rusia menilai, pergolakan akibat gelombang demonstrasi di Iran adalah urusan dalam negerinya. Moskow menilai, intervensi dari pihak luar yang berpotensi semakin memperkeruh situasi tentu tidak akan bisa diterima.
Kendati demikian, Rusia tetap berharap gelombang demonstrasi di Iran dapat mereda dan tak kian memburuk. "Kami mengungkapkan harapan bahwa situasinya tidak akan berkembang dalam skenario pertumpahan darah dan kekerasan," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernyataannya.
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson pun mengaku cukup mengkhawatirkan situasi yang terus berkembang di Iran. Kendati demikian, ia tetap membela hak rakyat Iran untuk mengutarakan perasaannya. "Penting agar warga negara memiliki hak untuk berdemonstrasi secara damai," katanya.
Sementara itu, Global Affairs Canada, sebuah departemen di pemerintahan Kanada yang mengelola hubungan diplomatik dan konsuler, meminta otoritas Iran untuk menegakkan serta menghormati hak asasi manusia dan demokrasi. "Kanada akan terus mendukung hak-hak fundamental warga Iran, termasuk hak kebebasan berekspresi," ucapnya.
(Pengolah: fitriyan zamzami).