Selasa 09 Jan 2018 05:13 WIB

Reuni Ganjil Dr Mahathir dan Anwar Ibrahim

Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad bersiap memberikan orasi ilmiah di Jakarta, Senin (25/7).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad bersiap memberikan orasi ilmiah di Jakarta, Senin (25/7).

REPUBLIKA.CO.ID

Oleh: Fira Nursya'bani, Crystal Liestia Purnama

Peta perpolitikan dalam negeri Malaysia bergolak pada pengujung pekan lalu. Pemicunya adalah langkah koalisi oposisi Pakatan Harapan menunjuk mantan perdana menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad sebagai kandidat PM pada pemilihan umum mendatang.

Kendati telah berusia 92 tahun, semangat Dr M, julukan Mahathir, tak berubah. Ini karena tekadnya begitu kuat untuk menjatuhkan rezim PM saat ini, Najib Razak.

"Saya pikir ini adalah pekerjaan yang harus saya lakukan. Saya tidak bisa menerima negara ini dihancurkan oleh orang egois yang hanya memikirkan dirinya sendiri... Orang-orang yang telah mencuri uang," ujar Mahathir dalam wawancara dengan CNN seperti dikutip, Senin (8/1).

Selepas lengser dari kursi PM pada 2003, Mahathir memang tak pernah sepi mengkritik suksesornya. Abdullah Ahmad Badawi pun kerap dikritik. Namun, rentetan kritikan kepada Najib dinilai lebih keras.

Menurut Mahathir, kritikan merupakan sesuatu yang wajar. Sebab, para penggantinya telah melakukan sejumlah hal yang salah. Ia pun tak keberatan 'dipakai' oleh oposisi untuk menjatuhkan Najib yang dinilai telah mencuri ratusan juta dolar AS milik negara.

Penunjukan Mahathir mau tidak mau berkaitan erat dengan keberadaan Anwar Ibrahim. Anwar, pemimpin koalisi oposisi pemerintahan, merupakan anak didik sekaligus wakil PM tatkala Mahathir menjabat. Namun, karena tudingan kasus sodomi dan korupsi yang mengemuka 20 tahun lalu, Anwar kini mendekam di penjara.

Relasi Mahathir-Anwar sempat mencapai titik didih ketika itu. Akan tetapi, kesamaan kepentingan di masa kini, yaitu menumbangkan rezim Najib, membuat Mahathir dan tentu Anwar beserta keluarga besar melupakan kisah kelam pada masa lalu.

"Tidak mudah baginya (Anwar Ibrahim) untuk menerima saya. Ya kita bisa berjabat tangan, tapi untuk menerima saya sebagai pemimpin oposisi melawan UMNO tidaklah mudah. Karena itulah kita butuh waktu lama. Tapi akhirnya, prioritas diberikan kepada perjuangan melawan Najib," ujar Mahathir seperti dilansir Channel News Asia, Ahad (7/1) waktu setempat.

Dia pun membenarkan, keluarga besar Anwar menderita selama 20 tahun. Dan bagi mereka, melupakan semua ini tidaklah mudah. "Saya berutang budi kepada mereka dan saya mengucapkan terima kasih kepada Anwar dan keluarganya," kata Mahathir.

Selama 22 tahun masa jabatan sebagai PM Malaysia, Mahathir dikenal sebagai seorang otoriter yang membungkam pembangkang yang mempromosikan nilai-nilai liberal. Namun, jika memenangi pemilihan kali ini, Mahathir yang kini telah menginjak usia 92 tahun, hanya akan menjadi PM sampai Anwar bebas dari penjara.

Sebelumnya, Anwar memimpin koalisi oposisi yang mendapatkan kemenangan menakjubkan dalam Pemilu 2013. Koalisi Barisan Nasional Najib Rajak kehilangan banyak suara dalam pemilihan tersebut, tetapi tetap berkuasa setelah menguasai mayoritas kursi di parlemen.

Anwar kemudian kembali dinyatakan bersalah atas kasus sodomi pada 2013. Kasus ini membuat Anwar dilarang memiliki jabatan politik dan mengikuti pemilihan umum, kecuali ia mendapatkan pengampunan kerajaan.

Anwar dilaporkan akan dibebaskan pada 8 Juni mendatang. Jika koalisi oposisi menang dalam pemilihan Agustus mendatang, mereka telah sepakat untuk segera memulai proses hukum guna mendapatkan pengampunan kerajaan bagi Anwar.

"Sehingga Anwar bisa langsung berperan dalam pemerintahan federal, selanjutnya diusulkan sebagai calon perdana menteri kedelapan," kata Sekretaris Jenderal Koalisi Pakatan Harapan Saifuddin Abdullah, Ahad (7/1).

Pakatan Harapan telah menunjuk Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR) Wan Azizah Wan Ismail, istri Anwar, untuk menjadi wakil PM yang mendampingi Mahathir. Pakatan Harapan juga mengumumkan alokasi kursi untuk pemilihan yang akan datang, yaitu partai Mahathir Bersatu sebanyak 52 kursi, PKR sebanyak 51 kursi, Partai Aksi Demokratik sebanyak 35 kursi, dan Partai Amanah Negara sebanyak 27 kursi.

Oposisi saat ini sedang berupaya membawa Mahathir dan Anwar untuk kembali bersama dan melawan Najib. Najib diketahui telah terlibat dalam skandal korupsi yang melibatkan dana negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB).

Dalam tuntutan hukum perdata, Departemen Kehakiman AS mengatakan, sekitar 4,5 miliar dolar AS telah disalahgunakan dari 1MDB. Najib, yang mendirikan 1MDB, telah menolak semua tuduhan korupsi terhadapnya dan dibebaskan dari kesalahan oleh Jaksa Agung Malaysia.

Putus asa

Langkah Pakatan Harapan menunjuk Mahathir sebagai calon PM Malaysia menuai tanggapan dari berbagai kalangan. Seperti dilansir laman The Star, Senin (8/1), Menteri Besar Johor Datuk Seri Mohamed Khaled Nordin mengatakan, sebelumnya oposisi, khususnya PKR, dibentuk untuk memperjuangkan Anwar, menjadi PM.

Akan tetapi sekarang, Mahathir telah dipilih sebagai kandidat PM. "Saya ingin mengucapkan selamat kepada Mahathir," katanya saat ditemui setelah meresmikan pembukaan Koperasi Iskandar Malaysia Bhd (imCOOP) di Taman Desa Mutiara, Senin (8/1).

Bendahara Umum Malaysia Indian Congress (MIC) Datuk Seri S Vell Paari mengaku terkejut dengan keputusan Pakatan Harapan memilih Mahathir sebagai kandidat PM. Padahal, masa jabatan Mahathir sebagai PM, membusuk karena korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan yang merajalela.

"Saya rasa oposisi benar-benar putus asa sekarang karena mereka harus memilih Mahathir sebagai kandidat mereka," ujar Vell Paari dilansir The Star.

Menurut dia, perjuangan oposisi yang ingin membebaskan Anwar dengan jalan memenangkan Mahathir adalah sesuatu yang sia-sia. Vell Paari juga memiliki pesan untuk para pemimpin muda di koalisi oposisi.

"Tetaplah teguh karena saya tahu kebanyakan dari Anda telah bergabung dengan oposisi karena ketidaksetujuan Anda dengan Mahathir. Khususnya setelah reformasi. Sekarang dia adalah pimpinan Anda. Hidup memang kejam," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement