Sabtu 28 Nov 2015 09:33 WIB

Ini Resolusi PBB yang Jadi Sumber Penderitaan Palestina

Rep: dyah ratna meta novia/ Red: Teguh Firmansyah
Perjuangan rakyat Palestina melawan penjajahan Israel. (ilustrasi)
Foto: EPA/Abed Al Hashlamoun
Perjuangan rakyat Palestina melawan penjajahan Israel. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Palestine Solidarity Day (PSD) yang jatuh pada 29 November 2015 akan dilaksanakan di Istora Senayan. Acara ini merupakan bentuk peringatan sekaligus penolakan masyarakat internasional atas tragedi pembagian Palestina.

Ketua Pelaksana Palestine Solidarity Day 2015 Salman Alfarisi mengatakan, penderitaan warga Palestina berawal dari keputusan membagi wilayah oleh PBB berdasarkan resolusi PBB No. 181 pada 29 November 1947. "Keputusan pembagian ini diambil setelah melewati voting yang diikuti 56 negara anggota PBB, 33 negara mendukung, 13 negara menolak dan 10 negara abstain," katanya, Sabtu, (28/11).

Isi resolusi tersebut adalah membagi Palestina ke dalam tiga wilayah. Wilayah kekuasaan Arab-Palestina, Wilayah kekuasaan Yahudi, dan wilayah yang meliputi kota Al-Quds dan Baet Lahem di bawah kendali Internasional.

Implementasi dari resolusi, Palestina dipaksa menyerahkan 55 persen tanahnya untuk dijadikan negara Israel. Secara rinci, wilayah yang diberikan kepada Yahudi dimulai dari Usdud hingga Haifa, terkecuali kota Yaya. Kemudian seluruh bagian padang pasir Negev, terkecuali kota Beersheba. Lalu sebagian wilayah yang berbatasan dengan Mesir.

Warga Palestina diusir dari seluruh wilayah tersebut. Wilayah yang telah diduduki Yahudi sebelum pemberlakuan resolusi ini, tetap dijadikan wilayah teritorial Yahudi.

Atas latarbelakang terusirnya rakyat Palestina itulah maka Palestine Solidarity Day (PSD) diselenggarakan di Istora Senayan Jakarta pada Ahad, 29 November  2015 ini . "PSD juga turut dimeriahkan sejumlah musisi ternama tanah air, di antaranya Opick, Melly Goeslow, Sandy Canester dan Ruhul Jadid."

Sastrawan Helvi Tiana Rosa, kata Salman, turut mengisi pentas puisi untuk Palestina. Hadir pula ulama nasional Bachtiar Nasir, pakar dunia Islam khususnya Palestina Saiful Bahri, dan pengarang novel ternama Habiburrahman El Shirazy yang akan mengisi panggung untuk orasi budaya.

Salman berharap, selain menggalang dana untuk rakyat Palestina, peringatan PSD ini sebagai wujud kepedulian masyarakat Indonesia secara terus menerus kepada penderitaan rakyat Palestina yang sudah sekian lama terusir dan terjajah oleh Zionis Israel. Wujud kepedulian ini harus ditunjukkan sampai Palestina berdaulat dan merdeka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement