Senin 23 Jan 2017 09:29 WIB

AS dalam Tahap Awal Pembicaraan Pemindahan Kedubes ke Yerusalem

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Kota Tua Yerusalem, lokasi Masjid Al-Aqsa berada.
Foto: AP
Kota Tua Yerusalem, lokasi Masjid Al-Aqsa berada.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih mengatakan, Pemerintah Amerika Serikat (AS) berada dalam tahap awal pembicaraan untuk memenuhi janjinya memindahkan Kedutaan Besar AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Tindakan tersebut dinilai akan memicu kemarahan dan memprovokasi terjadinya kekerasan di dunia Arab.

"Kami berada di tahap yang sangat awal dalam membahas hal ini," kata Juru Bicara Gedung Putih, Sean Spicer, Ahad (23/1) seperti dilansir the Guardian.

Kedutaan Besar AS saat ini berada di Tel Aviv, seperti kebanyakan kantor diplomatik negara asing lainnya. Namun, Israel mengklaim Yerusalem, yang merupakan bagian dari Palestina, sebagai ibu kota mereka atas dasar agama, sejarah, dan politik.

Selama kampanye presiden 2016, Trump berjanji akan memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem. Ia bahkan telah melakukan percakapan telepon dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Netanyahu mengatakan, dalam panggilan telepon itu Trump mengundangnya ke Washington pada Februari mendatang, untuk mengadakan pertemuan. Kedua pemimpin juga membahas kesepakatan nuklir Iran, proses perdamaian dengan Palestina, dan isu-isu lainnya.

Di Washington, Trump mengaku telah mengatakan kepada Netanyahu, perdamaian dengan Palestina hanya bisa dinegosiasikan secara langsung antara kedua belah pihak.

Keputusan memindahkan kedutaan akan mendorong protes dari sekutu AS di Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Yordania, dan Mesir. Washington bergantung kepada negara-negara itu untuk membantu memerangi ISIS.

Kongres AS pada 1995 meloloskan undang-undang yang menyatakan, Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Namun, presiden-presiden AS dari Partai Republik maupun Demokrat telah menggunakan kebijakan luar negeri mereka untuk mempertahankan Kedutaan Besar AS di Tel Aviv.

Diplomat AS mengatakan, meski undang-undang telah disahkan, AS dan PBB tidak melihat Yerusalem sebagai ibu kota Israel sejak perang 1967. Presiden AS selalu menunggu dilaksanakannya perundingan antara Israel dan Palestina atas status Yerusalem.

Baca juga,  Pemeritah Yakin Trump Jaga Hubungan Baik dengan Dunia Islam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement