Jumat 03 Nov 2017 04:26 WIB

Ribuan Warga Palestina Protes 100 Tahun Deklarasi Balfour

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Ribuan warga Palestina turun ke jalan memprotes peringatan 100 tahun Deklarasi Balfour di depan Kantor Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah di Gaza City, Kamis (2/11).
Foto: AP Photo/ Khalil Hamra
Ribuan warga Palestina turun ke jalan memprotes peringatan 100 tahun Deklarasi Balfour di depan Kantor Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah di Gaza City, Kamis (2/11).

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Ribuan warga Palestina turun ke jalan di berbagai kota memprotes peringatan 100 tahun Deklarasi Balfour, Kamis (2/11). Deklarasi ini telah membantu mewujudkan penciptaan negara Israel dan memicu konflik Israel-Palestina.

Sekitar 4.000 orang berkumpul di kota Nablus, Tepi Barat. Mereka membakar sejumlah patung kertas yang menggambarkan Perdana Menteri Inggris Theresa May dan mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Arthur Balfour. "Oh penjajah Inggris, kami menginginkan permintaan maaf dari Anda," ujar para demonstran.
 
Beberapa ribu warga lainnya berkumpul di Gaza dan Ramallah. Para demonstran membawa bendera hitam sambil bergerak dari Lapangan Arafat di Ramallah ke kantor kebudayaan Inggris di dekatnya.
 
Sementara di Gaza, lebih dari 3.000 orang mengambil bagian dalam demonstrasi di sebuah lapangan dekat markas besar PBB. "Balfour berjanji membangun entitas Israel, tapi hasilnya adalah semua yang dirasakan oleh orang Palestina saat ini, seperti pemindahan paksa, penghancuran, dan kesedihan," kata Abu Haitham Amro (70 tahun), yang membawa bendera Palestina, dikutip Arab News.
 
Demonstrasi yang lebih kecil juga diadakan di Kota Hebron, Tepi Barat selatan, tempat para pengunjuk rasa membakar bendera Inggris. Puluhan warga Palestina juga terlihat melakukan unjuk rasa di luar konsulat Inggris di Yerusalem.
 
Deklarasi Balfour dirayakan oleh orang-orang Israel, yang melihatnya sebagai langkah besar menuju pendirian negara mereka pada 1948. Saat itu orang-orang Yahudi sedang menghadapi penganiayaan di tempat lain.
 
Akan tetapi, perang yang terjadi selama penciptaan Israel itu juga telah menyebabkan sekitar 750 ribu warga Palestina teraniaya. Mereka melarikan diri dan terusir dari rumah sendiri.
 
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menggunakan kesempatan ini untuk menulis sebuah opini di surat kabar Guardian. Opininya bertajuk "penciptaan sebuah tanah air untuk satu masyarakat menghasilkan penganiayaan yang terus menerus terhadap masyarakat lain."
 
"Kami telah menyetujui solusi dua negara selama 30 tahun terakhir, sebuah solusi yang menjadi semakin tidak mungkin dilakukan setiap hari," tulis Abbas.
 
"Selama negara Israel terus dihargai, dan tidak didesak untuk bertanggung jawab atas pelanggaran hukum internasional yang terus berlanjut, tidak akan ada insentif untuk mengakhiri pendudukan," tambah dia.
 
Beberapa pemimpin Palestina telah meminta Inggris untuk meminta maaf atas deklarasi 67 kata itu. Pejabat senior Palestina Mahmoud Al-Alul juga mendesak pemerintah Inggris agar segera meminta maaf.
 
"Belum pernah terjadi sebelumnya, penjahat merayakan kejahatan mereka. Perdana Menteri Inggris bersikeras untuk merayakannya berarti mereka mendukung penindasan rakyat Palestina," ujar Al-Alul.
 
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang merayakan 100 tahun Deklarasi Balfour di London mengatakan bagi penduduk Palestina, deklarasi ini adalah sebuah tragedi. "Yang tragis adalah penolakan mereka untuk menerimanya 100 tahun kemudian. Saya berharap mereka berubah pikiran karena jika mereka terus melakukannya, mereka tidak dapat terus melangkah maju untuk membuat perdamaian di antara kedua bangsa kita," kata Netanyahu.
 
 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement