Jumat 03 Nov 2017 14:33 WIB

Palestina Desak Inggris Minta Maaf Atas 'Kelahiran' Israel

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Teguh Firmansyah
Polisi Israel bentrok dengan demonstran Palestina dalam aksi peringatan 100 tahun Deklarasi Balfour di luar Konsulat Inggris di Yerusalem, Kamis (2/11).
Foto: AP Photo/Mahmoud Illean
Polisi Israel bentrok dengan demonstran Palestina dalam aksi peringatan 100 tahun Deklarasi Balfour di luar Konsulat Inggris di Yerusalem, Kamis (2/11).

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Orang-orang di berbagai belahan dunia melakukan unjuk rasa memprotes 100  tahun Deklarasi Balfour yang dirancang Inggris. Deklarasi Balfour menjanjikan sebuah tanah air untuk orang-orang Yahudi dan membuka jalan bagi penjajahan rakyat Palestina.

Ribuan orang berkumpul di Ramallah pada Kamis, (2/11), tepat di ibukota administratif wilayah Palestina yang diduduki. Mereka berbaris ke pusat kebudayaan Inggris di sana.

Sebuah pernyataan dari kantor Presiden Palestina Mahmoud Abbas meminta agar Inggris meminta maaf kepada rakyat Palestina dan mengakui negara  Palestina. Inggris juga diminta memberikan kompensasi untuk orang-orang Palestina dalam hal politik, moral dan material.

Puluhan orang lainnya berkumpul dalam unjuk rasa terpisah di luar Konsulat Inggris di Yerusalem Timur yang diduduki Israel. Seratus ribu tanda tangan dan ratusan surat dari siswa sekolah menengah Palestina dipresentasikan di Konsulat Inggris di Yerusalem Timur yang diduduki.

Seorang pejabat di Kementerian Pendidikan Palestina Sawsan Safadi mengatakan, surat-surat tersebut mengungkapkan perasaan siswa tentang warisan Deklarasi Balfour yang menyakitkan tersebut.

Khadiga Kahlaf, seorang siswa sekolah menengah berusia 17 tahun dari Yerusalem Timur, termasuk di antara para pengunjuk rasa yang membawa surat-surat tersebut. "Kami datang ke sini memegang tanda tangan 100 ribu siswa dari sekolah-sekolah Palestina yang memprotes Deklarasi Balfour," kata Kahlaf seperti dilansir Aljazirah. "Setelah 100 tahun, kami orang-orang Palestina tidak mendapatkan hak kami, kami berharap mereka mendengar suara kami sebagai anak-anak," ujar Kahlaf.

Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan seperti "Turunkan Inggris" dan "Keadilan, kekuasaan, kemerdekaan: negara kita adalah Palestina."

"Selain mengakui kesalahannya, ia (Inggris) harus bertanggung jawab atas kerusakan yang menimpa orang-orang Palestina akibat Deklarasi Balfour dan kebijakan Inggris kala itu," kata Zakaria Odeh, seorang pengunjuk rasa (64 tahun).

Unjuk rasa memprotes Deklarasi Balfour juga terjadi di Pretoria, Afrika Selatan. Ratusan orang berkumpul di luar kedutaan Israel di Pretoria untuk memprotes pendudukan Israel di Palestina.

Lihat Grafis Balfour di sini, Deklarasi Balfour Sebuah Awal Terusirnya Bangsa Palestina.

Para pengunjuk rasa mengenakan kaos merah karakteristik, memegang plakat dengan slogan yang menyerukan diakhirinya pembersihan orang-orang Palestina oleh Israel dan menyerukan penghentian serangan terhadap Jalur Gaza. Pengunjuk rasa menari dan bernyanyi di luar kedutaan yang dijaga ketat.  "Hapuskan apartheid Israel, hapuskan," teriak orang banyak.

Ketua Partai Economic Freedom Fighters (EFF) Julius Malema meminta pengunjuk rasa untuk memikirkan bangsa Palestina.  Dia juga meminta solusi satu negara di mana orang-orang Yahudi dan Palestina dapat hidup dalam damai.

Malema meminta kepada orang-orang Afrika Selatan untuk berhenti bekerja dengan Israel, bahkan meminta orang-orang Afrika Selatan untuk berhenti bepergian ke Israel demi solidaritas dengan Palestina. "Kami meminta semua orang Afrika Selatan untuk berhenti berbisnis dengan Israel, untuk berhenti mengunjungi Israel. Kami mengembalikan bantuan kepada orang-orang Palestina yang berdiri bersama kami," kata Malema.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement