Rabu 27 Dec 2017 18:30 WIB
Arsip King Abdulaziz

Film Ini Ungkap Kiprah Angkatan Darat Saudi di Palestina

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Agus Yulianto
Pengungsi Palestina menyusul Perang Arab-Israel 1948
Foto: city-journal.org
Pengungsi Palestina menyusul Perang Arab-Israel 1948

REPUBLIKA.CO.ID,  Yayasan Penelitian dan Arsip Raja Abdulaziz merilis sebuah film dokumenter The Call of Nobility. Film itu menceritakan angkatan darat Saudi di Palestina pada 1948.

Dilansir dari Arab News pada Rabu (27/12), film tersebut dipublikasikan di saluran YouTube resmi yayasan dan diumumkan di akun resminya di Twitternya. Film itu menceritakan peran Arab Saudi dalam masalah Palestina dan keikutsertaannya menyelamatkan bangsa Palestina dari pendudukan Zionis pada 1948.

Film ini mencakup wawancara dan pertemuan dengan sejarawan dan penulis Arab Saudi dan Arab. Serta, orang Saudi yang berbagi kenangan tentang partisipasi mereka dalam perang 1948.

"Raja Abdul Aziz tertarik dengan isu Palestina dan menjadi pendukungnya,"  kata seorang sejarawan dan penulis Saudi, Yousef Al-Thaqafi.

Dia mengatakan, Raja Abdul Aziz berperan dalam bidang diplomatik mendukung masalah Palestina. Raja Abdul Aziz kerap mengirim pesan kepada politisi Barat mengingatkan prinsip Piagam Atlantik yang dikeluarkan selama Perang Dunia II.

Raja Abdul Aziz ingin mendapat dukungan dari negara Barat. Sekaligus mengingatkan, prinsip Piagam Atlantik, Tidak ada perubahan teritorial yang harus dilakukan terhadap keinginan rakyat, dan orang memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri dan kebebasan.

Al-Thaqafi menuturkan, Raja Abdul Aziz juga memusatkan perhatian pada upaya diplomatik untuk mengacu pada tahap-tahap hubungan antara Palestina dan Yahudi. Serta, kejernihan hak Palestina di tanah Palestina.

Awal mula di Suriah, tentara berkumpul di Qatana dekat Damaskus dan menerima pelatihan militer. Mereka bertugas ke tanah pertempuran di Palestina. Kontribusi militer Arab Saudi tidak terbatas pada tentara nasional, tetapi juga melibatkan banyak relawan Saudi. Raja Abdul Aziz membuka pintu menjadi sukarelawan untuk menyelamatkan Palestina atas undangan Liga Arab.

Salah satu peserta pertama dalam perang 1948, Ibrahim Al-Otaibi mengatakan, saat tentara Saudi memutuskan berpartisipasi dalam perang tersebut, mereka tiba di Palestina dengan berjalan kaki. Menurut dia, tentara bergabung dengan pemimpin Palestina Abdul Qader Husseini.

"Memegang bendera Saudi, kami bertempur dan bisa membebaskan desa Malikya. Kemudian kami pergi ke desa Saasa di Lebanon dan Rama, dan kemudian desa SHa," kata Al-Otaibi

Seorang jenderal pensiunan, Ali Majid Qabban menuturkan, pasukan Saudi terdiri dari dua brigade perang. Mereka ditugaskan membela Kota Gaza bersama pasukan Mesir, di lokasi strategis yang disebut Tabab Al-Mentar, sebelah timur Kota Gaza.

"Pasukan tersebut ditempatkan di sana untuk menyerang permukiman Yahudi di jalan yang menghubungkan Gaza ke kota Majdal di utara," kata Qabban.

Peserta lain dalam perang tersebut, Fayez Al-Asmari mengatakan, para tentara Arab memegang kendali sampai perang dihentikan karena gencatan senjata. " Jika bukan karena gencatan senjata yang dikenakan pada pasukan Arab, kita pasti menang. Kami tidak puas dengan gencatan senjata karena kami memegang kendali, dan kami menjamin atas tanah Palestina dan rakyatnya,"  ujar Al-Asmari.

Seorang jenderal pensiunan, Ali Kurdi pernah menulis surat pada ayahnya pada suatu Ramadan. Dia mengatakan, akan merayakan Hari raya Idul Fitri di Tel Aviv.

"Kita menang, orang-orang Yahudi tidak dapat mengalahkan kita, mereka tidak memiliki tentara yang terorganisir karena mereka adalah kelompok bersenjata ekstremis,"  kata Kurdi.

Jumlah relawan Saudi sebanyak 513.134. Sebanyak 134 terbunuh, 34 terluka parah, dan 130 orang yang menerima medali dari raja. Setelah gencatan senjata, pasukan Zionis mendapat dukungan dari berbagai pihak, dan lebih banyak lagi migran Yahudi tiba.

Peran Arab terhadap isu tersebut mulai menurun setelah negosiasi dimulai di pulau Rhodes, Yunani yang dimediasi PBB. Keempat perjanjian Gencatan Senjata ditandatangani antara 24 Februari hingga 20 Juli 1949.

Yayasan King Abdulaziz untuk Riset dan Arsip menjelaskan di akun Twitter resminya, mereka terus menerbitkan video, foto, dan dokumen tentang partisipasi Arab Saudi dalam perjuangan orang Palestina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement