Selasa 09 Jan 2018 04:05 WIB

Israel Larang LSM Pendukung Palestina Masuk Wilayahnya

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Bendera Israel
Foto: aujs.com.au
Bendera Israel

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Israel, pada Ahad (7/1), melarang kehadiran perwakilan 20 lembaga swadaya masyarakat (LSM) di negaranya. Hal ini dikarenakan 20 LSM tersebut menentang pendudukan Palestina serta mendukung gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) terhadap Israel.

Menteri Urusan Strategis Israel Gilad Erdan mengatakan, dicantumkannya 20 LSM ke dalam daftar hitam bertujuan untuk memperingatkan mereka bahwa negaranya tak akan tinggal diam melihat gerakan semacam BDS. "Organisasi boikot harus tahu bahwa negara Israel akan bertindak melawan mereka dan tidak akan membiarkan mereka memasuki wilayah Israel," ujarnya dikutip laman Anadolu Agency.

Ke-20 LSM yang saat ini telah masuk daftar hitam Israel tersebut, 11 di antaranya berasal dari Eropa dan enam dari Amerika Serikat (AS). Adapun detail LSM yang dicantumkan daftar hitam antara lain, France-Palestine Solidarity Association, British War on Want, BDS France and Italy, European Coordination of Committees and Associations for Palestine, Friends of Al-Aqsa, Ireland Palestine Solidarity Campaign.

Selain itu, American Friends Service Committee, American Muslims for Palestine, Jewish Voice for Peace, Code Pink, Jewis Voice for Peace, dan National Students for Justice in Palestine, turut masuk dalam daftar hitam Israel. Menurut laporan Haaretz, BDS Chile dan Afrika Selatan juga tercantum dalam daftar ini.

"Kelompok yang muncul dalam daftar adalah mereka yang bekerja secara jelas dan konsisten untuk mendorong pemboikotan Israel dan melakukan kampanye delegitimasi terhadapnya," kata perusahaan berita televisi Israel, Hadashot News, dalam laporannya.

Kendati demikian, tidak semua orang yang menjadi anggota atau menyatakan dukungannya terhadap LSM terkait, dilarang memasuki Israel. Pelarangan ini hanya terbatas pada mereka yang menduduki posisi senior atau kunci dalam kelompok atau LSM tersebut. Termasuk pula aktivis penting atau memiliki profil cukup tinggi meski mereka tidak menduduki jabatan resmi.

Direktur Eksekutif Jewish Voice for Peace Rebecca Vilkomerson mengaku sangat kecewa dengan kebijakan dan keputusan Israel. Sebagai seorang yang menduduki posisi senior di organisasinya, ia tentu akan dilarang untuk berada di Israel. Padahal keluarga besarnya tinggal di sana.

"Tapi saya juga berbesar hati dengan indikator kekuatan pertumbuhan BDS ini dan berharap hal itu akan membawa hari semakin dekat ketika saya mengunjungi teman dan keluarga saya di Israel. Demikian pula teman dan kolega Palestina dapat kembali ke rumah," kata Vilkomerson.

Ia mengaku keputusan Pemerintah Israel ini akan kian melecut semangat para anggota Jewish Voice for Peace untuk tetap memperjuangkan keadilan serta kesetaraan bagi semua orang di Israel dan Palestina. "Kami tidak akan terintimidasi oleh upaya untuk menghukum kami karena sikap dan pendirian politik kami, bahwa semakin banyak orang Yahudi dan di seluruh dunia mendukungnya," ujarnya.

Gerakan BDS merupakan kampanye global untuk memberi tekanan politik dan ekonomi lebih besar kepada Israel. Tujuan utamanya adalah agar Israel berhenti melakukan pelanggaran terhadap hukum internasional, khususnya yang berkaitan dengan Palestina.

Menurut situs resmi BDS, kampanye ini memang dilakukan untuk mengakhiri dukungan internasional terhadap penindasan yang dilakukan Israel kepada rakyat Palestina. Menekan Israel untuk tunduk pada hukum internasional.

Musisi seperti Roger Waters dan Elvis Costello telah membatalkan konsernya di Israel. Hal itu dilakukan semata-mata untuk mendukung kampanye BDS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement