Jumat 16 Feb 2018 19:40 WIB

Syarat Jadi Pasukan Pejuang Palestina, Hafal Quran 17 Juz

Majelis Taklim Al Ikhlas Bosowa Bina Insani menggalang dana untuk Muslim Palestina.

 Ustaz Abdillah Onim (Bang Onim) saat mengisi acara “Spirit for Palestina” yang diadakan oleh Majelis Taklim Al Ikhlas Bosowa Bina Insani.
Foto: Dok MT Al Ikhlas
Ustaz Abdillah Onim (Bang Onim) saat mengisi acara “Spirit for Palestina” yang diadakan oleh Majelis Taklim Al Ikhlas Bosowa Bina Insani.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Ternyata tidak mudah menjadi anggota pasukan pejuang Palestina. Syaratnya harus hapal Alquran minimal 15-17 juz. Kalau tidak punya hafalan Quran 15-17 juz, jangan mimpi bisa diterima jadi anggota pasukan pejuang Palestina.

Hal itu diungkapkan  relawan kemanusiaan Palestina asal Indonesia Ustaz Abdillah Onim (Bang Onim) saat mengisi acara “Spirit for Palestina” yang diadakan oleh Majelis Taklim Al Ikhlas Bosowa Bina Insani di Masjid Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, awal Februari lalu.

Ustadz Onim – begitu ia biasa disapa -- aktif di Mer-C sebelum ke Palestina. Ia sebelumnya bekerja sebagai wartawan di media televisi asal Indonesia dan  sering diterjunkan di daerah bencana.

Selama menjalankan misi kemanusiaan di Palestina, Onim  ditangkap militer Palestina lebih dari 10 kali dan oleh pejuang Palestina lebih dari lima  kali.

“Meyakinkan pejuang Palestina membutuhkan waktu lima  tahun sampai mereka kenal kita. Siapa Ustadz Onim ini sesungguhnya? Dari mana asalnya? Apa tujuannya dan yang lainnya? Sampai hari ini, saya belum diterima untuk bergabung dalam pasukan. Karena salah satu syaratnya yaitu memiliki hafalan Alquran  minimal 15 - 17 juz. Jangan mimpi jika tidak punya hafalan Quran sebanyak 15-17 juz,” kata Onim dalam rilis Majelis Taklim Al Ikhlas yang diterima Republika.co.id, Kamis (15/2).

 Ia memberikan tips kepada para pemuda yang ingin berjuang di Palestina. “Jika ingin ke Palestina, caranya perbaiki akhlak, nilai ujian sekolah diperbaiki, hafalannya ditambah, bahasa Arabnya diperdalam lagi. Setelah itu silakan kalau mau berangkat,” ujar Ustaz Onim.

Ia menjelaskan, Palestina dibagi menjadi dua wilayah, Tepi Barat dan jalur Gaza. Akses menuju Baitul Maqdis bagi masyarakat Palestina di Jalur Gaza itu susah, karena pintu akses ditutup. “Di jalur Gazalah produksi kekuatan dilakukan, poros kekuatannya ada di sana,” tuturnya.

Onim mengemukakan,  Amerika datang ke jalur Gaza hanya untuk mencari kekuatan rakyat Palestina. Amerika memasuki terowongan-terowongan Palestina, memasang infrared  yang terdeteksi oleh pesawat-pesawat tanpa awak, lalu membombardirnya. Rakyat Palestina terblokade dari luar.

Jalur Gaza diblokade oleh Zionis Yahudi. Hanya ada satu pintu masuk antara Zionis dengan Palestina yang biasanya digunakan untuk memasukkan barang-barang yang diberikan oleh relawan namun ditahan oleh Zionis. “Tapi apa yang diberikan? Makanan yang tidak layak makan sudah kadaluarsa. Begitu juga dengan obat-obatan,” tuturnya.

Namun, kata Onim,  ada hal yang sangat menarik dan menumbuhkan kekaguman. “Masyarakat Gaza,   meskipun diperangi habis-habisan oleh Zionis Israel, mereka tidak ada yang ingin keluar dari wilayah Palestina,” ungkapnya.

Apapun yang dijadikan imbalan untuk anak-anak muda di sana agar mereka keluar dari Palestina, tidak mampu untuk menggoyahkan keyakinannya. “Mereka akan terus memperjuangkan tanah kelahirannya. Tanah yang penuh keberkahan dari Allah dan mempunyai banyak keutamaan,” paparnya.

Onim melanjutkan kisah perjalanannya pada tahun 2010, tragedi kapal Mavi Marmara. Pemberangkatan relawan Palestina dari Turki.

Sebelum menaiki kapal, semua relawan diwawancara dan ditanya dasar beladiri yang dimiliki. Saat itu, Onim menjawab,  “Taekwondo.” Sehingga, ia  mendapatkan posisi di luar kapal dengan kemampuan beladirinya. Harapannya mampu menghadang ketika ada pasukan musuh.

Saat shalat Subuh, tiba-tiba  rombongan relawan tersebut diserang. Pesawat musuh mencoba untuk mendaratkan pesawatnya di atas kapal. Ketika itu sudah berhadapan antara musuh dengan barikade di luar kapal.

Komandannya berpesan untuk tidak membunuh musuh. Karena jika ada satu pasukan musuh terbunuh, maka 680 relawan akan dibunuh.

Baku hantam terjadi selama empat  jam. Sembilan orang relawan Turki meninggal. Salah satunya ditembak kepalanya dan meninggal tepat di samping  Onim. Ketika itu dia  sudah penuh dengan darah kawannya. Akhirnya ia menyerah dan dibawa ke penjara Zionis.

Selama di atas kapal menuju ke penjara, ia  tidak diizinkan untuk melakukan shalat. Minum hanya segelas dan harus dibagi dengan yang lain dalam posisi terikat. “Kami tidak kenal samping kanan kiri. Tapi kami akrab karena kami adalah saudara atas kesamaan aqidah,” tuturnya.

Onim bercerita, hingga saat ini, isi penjara Zionis yaitu 70.000 warga Palestina. Dari jumlah tersebut, 300 di antaranya adalah anak-anak berusia delapan  tahun dan 500 di antaranya adalah Muslimah.

Di dalam kapal, mereka disiksa Zionis. Tapi itu kecil dibandingkan siksaan di penjara. Tawanan diberikan makanan. Namun makanan mengandung zat nitrat, pada 5 bulan ke depan akan menurunkan daya tahan dan daya ingat.

Ketika sudah keluar penjara, di Yordania  Onim positif teracuni oleh nitrat. Namun prinsipnya hanya satu: “Kematian bukan di tangan Israel, tapi atas takdir SWT.”

Awal peperangan Palestina tahun 2014, yang diincar pertama adalah wartawan, pejuang dan ulama. Sebelum berangkat ke medan jihad, mereka menitipkan wasiat kepada  keluarganya.

Sebelum perang, pada jam 1 siang selepas shalat Zuhur, pesawat datang membawa roket peringatan yang jaraknya 20 meter  dari rumah  Onim. Roket besar mengenai kebun zaitun. Padahal biasanya hanya roket-roket berukuran kecil untuk memulai perang.

Kemudian datang roket yang kedua. Allah masih memindahkannya menjadi 60 m dari rumahnya. Kemudian para mujahid menyuruh Onim  dan keluarganya meninggalkan rumah karena pesawat tersebut mengincarnya.

Ia  dan keluarganya pergi ke rumah mertua. Seminggu setelahnya ia  kembali untuk melihat kondisi rumah mereka.  Rumah tersebut 80 persen  sudah tidak berbentuk dan tinggal puing-puing.

Setiap ia meninggalkan rumah, nasihat sang istri selalu menemaninya agar tidak lupa berdoa, baca Basmalah  dan jangan pernah takut pada Zionis Yahudi. “Jika antum datang dalam kondisi selamat, maka tugas antum adalah harus lebih semangat lagi dalam acara selanjutnya. Namun jika antum datang dalam kondisi tidak bernyawa, maka itulah hakikatnya dakwah,” papar Onim.

“Itulah ummahat (para ibu) Palestina. Mengikhlaskan setiap putra dan putrinya untuk berjihad fi sabilillah. Fungsi mereka bukan hanya melahirkan, namun mendidik generasinya. Menjelaskan hakikat Baitul Maqdis, Al-Aqsha, dan Palestina, serta Israel,” tuturnya.

Anak-anak kecil Palestina berusia  8 tahunan tidak kenal Israel. Anak-anak Palestina menyebut mereka sebagai Zionis, pengungsi dan jumlahnya sedikit. “Zionis ke Palestina hanya untuk merebut tanah dan membunuh mereka,” ujarnya.

Onim juga mengungkapkan betapa kuasa Allah di Palestina, dalam menyiapkan para pejuang agamanya.   “Ada 1.600 anak yang syahid di jalur Gaza. Namun ada 5.200 kelahiran anak di jalur Gaza. Setiap kelahiran bisa kembar 2-8 setiap kali persalinan,” ungkapnya.

Ketua Majelis Taklim Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Nevita mengatakan, selain kajian tauhid yang disampaikan oleh Ustaz Abdillah Onim, pada kesempatan tersebut pihaknya juga mengadakan penggalangan dana untuk rakyat Muslim Palestina.

 

“Penggalangan dana tersebut terutama untuk membantu mereka dalam pengadaan alat-alat kesehatan, logistik dan makanan.  Penggalangan dana ini dilakukan karena dorongan rasa kemanusiaan dan kepedulian,” tutur Nevita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement