REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Permukiman ilegal Israel, Efrat menggunakan pesawat tanpa awak atau drone untuk mengawasi warga Palestina di sekitar wilayah mereka. Hal itu merupakan pertama kalinya penggunaan teknologi oleh pemukim untuk agenda pemantauan warga Palestina.
Menurut laporan Jerusalem Post, perangkat tak berawak seharga 37 ribu dolar AS itu dibayar oleh Persekutuan Internasional Orang Kristen dan Yahudi (IFCJ). Drone kecil berwarna hitam itu bahkan dapat mengawasi warga Palestina di malam hari dengan menggunakan kamera termal.
Dewan permukiman mengklaim bahwa pesawat tak berawak itu diperlukan untuk melindungi warga dari serangan perlawanan Palestina. Hal itu dilakukan setelah dugaan insiden penusukan tahun ini yang mengakibatkan satu orang dengan luka ringan.
"Kami akan memasang pesawat tak berawak ini di halaman kami sendiri jika kita mendapati teroris lain yang ingin datang ke Efrat. Kami akan dapat menaikkan pesawat tak berawak ke udara, membekukan situasi, mendapatkan gambaran visual yang baik dan mengarahkan pasukan tentara dan polisi ke tempat di mana teroris bersembunyi," kata Kepala Dewan, Oded Revivi.
Padahal, kondisi yang lebih sering terjadi adalah warga Palestina yang dilecehkan oleh pemukim maupun tentara Israel. Mereka juga dirugikan karena kehadiran permukiman.
Efrat adalah permukiman terbesar keempat yang dibangun di tanah Palestina. Wilayah permukiman itu memiliki jalan bagi para pemukim Yahudi yang hanya diperbolehkan digunakan pada siang hari. Jalan itu memisahkan penduduk Arab di dekatnya dari tanah pertanian mereka.
Pekan lalu, kelompok hak asasi manusia Israel BTselem melaporkan bahwa anak-anak sekolah Palestina dari kamp pengungsi Al-Jalazun di Tepi Barat yang diduduki juga menghadapi kekerasan dan gangguan. Hal itu karena kedekatan sekolah mereka dengan permukiman ilegal Israel di Beit El.
"Pasukan pendudukan Israel menggunakan gas air mata, peluru logam berlapis karet dan, dalam beberapa kasus, tembakan langsung," kata BTselem. "Penduduk kamp, termasuk anak di bawah umur, telah tewas dan terluka."
LSM itu juga menemukan bahwa pemukim Israel menyerang warga Palestina di desa Einabus di Tepi Barat dengan bantuan tentara Israel pada pekan lalu. Dua orang Palestina diserang oleh para pemukim Yahudi dari permukiman Yitzhar yang terkenal karena mereka membuka jalan di tanah pertanian mereka.
Sekitar 50 penduduk desa kemudian pergi untuk melindungi tanah mereka. Setelah itu para pemukim kembali ditemani oleh tentara yang menembakkan peluru tajam dan gas air mata ke Palestina.
Dengan pesawat tak berawak yang sekarang siap digunakan di Efrat, pendiri IFCJ dan Presiden Rabbi Yechiel Eckstein mengatakan organisasinya berencana untuk menyediakan drone yang sama kepada komunitas lain di Israel, termasuk di sepanjang perbatasan Gaza.
"Keamanan warga negara Israel adalah salah satu bidang terpenting dalam wewenang kami dan kami yakin bahwa drone ini akan membantu warga dan secara signifikan meningkatkan keselamatan pribadi mereka," kata Eckstein.