REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Sebanyak 135 warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza telah tewas sejak Maret. Mereka tewas akibat diserang pasukan keamanan Israel ketika berdemonstrasi menuntut Israel mengembalikan desa-desa yang didudukinya kepada para pengungsi Palestina.
"Dari 135 orang, 127 di antaranya tewas dalam aksi protes di Jalur Gaza," kata Kementerian Kesehatan Palestina dalam sebuah pernyataan, dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA, Sabtu (9/6).
Selain korban tewas, terdapat sekitar 14.700 korban luka. Mereka terluka akibat tertembak, terkena pecahan peluru dan gas air mata.
Sejak 30 Maret lalu, warga Palestina di perbatasan Gaza-Israel menggelar demonstrasi. Dalam aksinya massa menuntut Israel mengembalikan desa-desa yang telah direbut dan didudukinya seusai Perang Arab-Israel tahun 1948 kepada ratusan ribu pengungsi Palestina. Selain itu, mereka pun mengecam keputusan Amerika Serikat memindahkan kedutaan besarnya untuk Israel ke Yerusalem.
Namun aksi tersebut direspons secara represif dan brutal oleh pasukan keamanan Israel. Mereka tak segan menembak para demonstran yang mulai mendekati pagar perbatasan. Aksi ini menjadi penyebab utama tewasnya 127 warga Palestina di sana.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM) Zeid Ra'ad Al Hussein mengecam aksi yang dilakukan pasukan Israel. "Banyak warga Palestina yang terluka dan tewas benar-benar tidak bersenjata, (dan) ditembak di belakang, di dada, di kepala, dan anggota badan dengan amunisi langsung," ujar Zeid.
Pada Rabu pekan depan, Majelis Umum PBB dilaporkan akan menggelar sidang darurat untuk membahas situasi di Gaza. Dalam sidang tersebut akan diusulkan resolusi untuk melindungi warga Palestina dari kekerasan Israel.