Jumat 21 Nov 2014 16:36 WIB

Ahli Bom Inggris Bergabung dengan ISIS

Rep: C84/ Red: Winda Destiana Putri
Kelompok bersenjata ISIS.
Foto: AP
Kelompok bersenjata ISIS.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Seorang pria dari wilayah West Midlands, Inggris yang mengaku sebagai ahli bahan peledak telah mengatakan kepada The Guardian Jumat (21/11) bahwa ia telah bergabung dengan ISIS setelah berjuang untuk Taliban selama beberapa tahun.

Hamayun Tariq (37), seorang mekanik mobil menyatakan bahwa dia menawarkan diri untuk membantu perjuangan ISIS yang kerap melakukan tindakan kejam terhadap pada tawanan bersenjata dan warga sipil, tujuh minggu yang lalu setelah menghabiskan musim panas dari Kota Sabuk, Pakistan.

Tariq mengatakan bahwa ia sekarang benar-benar bahagia dan menerima sejumlah tunjangan gaji serta perumahan dari ISIS. Selama beberapa hari terakhir, Tariq menyatakan telah menggunakan Twitter untuk mendistribusikan informasi kepada militan ISIS.

Tariq, yang merupakan dua orang anak dan dibesarkan di Kota Dudley, kota kecil di dekat Birmingham, Inggris, dalam kicauan memosting sejumlah komponen elektronik yang dapat digunakan untuk merakit bom, bersama dengan informasi dasar tentang bahan kimia yang dibutuhkan untuk membuat racun mentah dan racun.

Keluarga Tariq mengatakan bahwa mereka tidak pernah berhubungan dengannya selama tiga setengah tahun tahun terakhir. Keluarga Tariq menyatakan bahwa Tariq telah meninggalkan Inggris beberapa waktu lalu.

Tariq yang pernah mendekam di penjara selama tiga setengah tahun karena kasus penipuan bank dan kantor pos, dikatakan meninggalkan Inggris pada Juli 2012 bergabung bersama kelompok pemberontak di Waziristan, Kota Sabuk, Pakistan. Tariq menyatakan bahwa dirinya telah bertemu sektiar 30 hingga 40 orang Inggris yang bergabung dengan ISIS.

Sumber kepolisian Inggris menyatakan bahwa sedikitnya ada 500 orang Inggris yang bergabung dengan beberapa faksi yang terdapat di ISIS. Pada Ahad (16/11) lalu, seorang pemimpin Kurdi mengatakan kepada surat kabar Inggris bahwa ISIS kemungkinan besar memiliki sekitar 200 ribu militan.

Pada Selasa (18/11), Tariq dalam kicauannya memosting sebuah bangunan Arab Saudi yang dihancurkan oleh bom truk pada 1996. Dia juga menambahkan, "Saya mencoba untuk membayangkan gambar ini sebagai SIS, markas Dinas Intelijen Rahasia Inggris, di Vauxhall Cross," ujarnya.

Akun Twitter miliknya yang telah dihapus pada Rabu (19/11), dalam lima hari terakhir terus menginformasikan sejumlah peralatan dan daftar dalam perakitan bom. Tak hanya itu, ia juga menginformasikan bahwa bahan kimia dapat digunakan untuk membuat racun.

Pihak keluarga menyatakan bahwa Ayah Tariq yang meninggal pada Januari lalu menyesalkan jalan yang diambil anaknya dengan bergabung bersama kelompok tersebut. Dalam keluarga, Tariq digambarkan sebagai pria sederhana. Para keluarga menyatakan sangat terkejut melihat Tariq bergabung dan berjuang bersama ISIS sebagai ahli peledak.

Ditanya tentang perannya di ISIS, Tariq mengatakan bahwa dia bekerja dalam bidang bahan peledak dan juga dilatih sebagai penembak jitu. Dia mengatakan bahwa kehidupan sehari-hari dibawah ISIS jauh lebih nyaman daripada di Waziristan.

"Hidupku sangat sulit di Waziristan tapi di sini aku tidak percaya bahwa aku mendapatkan gaji. Aku benar-benar bahagia disini dan semua orang yang kutemui dari Inggris juga senang dan betah," katanya. Selain itu, Tariq juga menghimbau agar Inggris segera keluar dari pasukan koalisi pimpinan AS dan tinggalkan urusan umat Islam.

"Inggris harus lebih peduli tentang kesejahteraan mereka sendiri dan warganya," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement