REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah studi yang dilakukan oleh akademisi Oxford Elisabeth Kendall mengungkapkan, puisi sangat mungkin menjadi alat untuk merekrut militan.
Dalam tulisan berjudul Yemen's al-Qaida and Poetry as a Weapon of jihad, ia mengatakan, kekuatan puisi mampu menggerakkan pendengar dan pembaca secara emosional. Puisi dan menginfiltrasi fisik dan menciptakan aura, autentisitas dan melegitimasi ideologi sehingga menjadi alat tepat bagi militan.
Usamah bin Ladin, kata Kendall, menjadi salah satu yang menggunakan kekuatan syair. Ia membacakan syair ketika pernikahan putranya untuk mendorong penghancuran USS Cole. Usamah juga memiliki beragam syair lainnya yang didistribusikan di antara kelompok militan.
Baca juga, Mantan Bodyguard Bin Laden Tutup Usia.
Rangkaian kata dalam puisi telah ditenun menjadi bagian penting dari 300 juta penduduk berbahasa Arab. Bahasa Arab dipakai oleh 4,5 persen penduduk dunia atau menjadi bahasa kelima yang paling banyak dipakai setelah Mandarin, Inggris, Spanyol dan Hindi.
Penelitan Kendal berdasarkan penghimpunan data dari pembincangan dengan 2.000 orang di wilayah Mahra (timur Yaman). Mereka ditanya tentang bagaimana pentingnya puisi dalam kehidupan.