Kamis 10 Mar 2016 20:04 WIB

Konflik Timur Tengah Disebut Drama Serial

Rep: C25/ Red: Achmad Syalaby
BIsakah kita membayangkan anak-anak di Suriah yang tidak mencicipi sepotong biskuit atau cokelat selama berminggu-minggu?
Foto: EPA
BIsakah kita membayangkan anak-anak di Suriah yang tidak mencicipi sepotong biskuit atau cokelat selama berminggu-minggu?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergolakan yang terus terjadi di Timur Tengah memang mengkhawatirkan. Banyak bukti  menunjukkan yang terjadi merupakan sebuah konspirasi.

Ketua Persatuan Ulama Syam, Taufiq Ramadhan, menegaskan kalau pergolakan yang selama ini terjadi di Timur Tengah merupakan sebuah drama serial besar. Menurut Taufiq, negara-negara Timur Tengah tinggal menunggu waktu untuk dijadikan boneka perang negara-negara besar dunia.

"Apa yang terjadi di Timur Tengah adalah sebuah drama serial besar," kata Taufiq, Kamis (10/3).

Ia mencontohkan,  Tunisia yang sebenarnya sudah lama menderita kesenjangan ekonomi, tapi tidak ada hubungan dengan pergolakan yang terjadi. Setelah rezim pemerintah turun pun tidak ada persoalan ekonomi di Tunisia yang selesai. Kondisi ekonomi di negeri Afrika utara itu malah semakin memburuk usai pergolakan.

Taufiq turut menjelaskan pergolakan yang terjadi di Libya, di mana perang besar sesungguhnya baru terjadi justru setelah rezim yang berkuasa diturunkan paksa. Ia berpendapat kalau kondisi itu tidak berbeda jauh di Yaman, dan dipelopori aktor yang diusir lama karena ajaran menyimpang.

Perang media massa turut menjadi perhatian Taufiq, yang dianggap telah mengalami perubahan fungsi dan ke luar jauh dari tugas utama, sebagai sebuah tempat menyiarkan berita. Ia melihat, media massa yang ada di Timur Tengah telah memiliki fungsi baru, yaitu untuk merubah dan membuat berita.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement