Rabu 11 Jan 2017 12:25 WIB

Alumni Suriah Minta Pemerintah Proaktif dalam Krisis Timur Tengah

Rep: Amri Amrullah/ Red: Dwi Murdaningsih
Para pengungsi warga kota Aleppo, Suriah
Foto: AP
Para pengungsi warga kota Aleppo, Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, BATANG -- Sejumlah alumni dan mahasiswa Suriah asal Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami) menggelar pertememuan di PP Tazakka Batang, Senin lalu.

Pertemuan yang dihadiri oleh Mufti Agung Ibukota Damaskus, Syaikh Adnan Afyouni ini menghasilkan rumusan program dan rekomendasi untuk krisis Suriah yang sebagian di antaranya akan disampaikan kepada pemerintah melalui Komisi I DPR RI.

Rumusan dibuat sebagai bentuk desakan kepada pemerintah untuk proaktif dalam penyelesaian krisis Timur Tengah. Selain Mufti Agung Ibu Kota Damaskus, dari luar negeri, hadir pula dalam pertemuan ini Syaikh Riyad Bazo dari dewan fatwa Libanon dan Syaikh Omar Dieb yang merupakan akademisi dari Universitas Ahmad Kuftaro Damaskus Suriah.

Syeikh Afyouni selaku keynote speaker, bercerita tentang perkembangan Suriah terkini, seperti gerakan rekonsiliasi nasional yang tengah digalakkan oleh rakyat Suriah bersama ulama di sejumlah daerah.

"Jangan mudah terprovokasi, jangan tercerai berai, dan jangan sampai Indonesia mengalami kehancuran sebagaimana menimpa dunia muslim lain," ujarnya dalam keterangan tertulis kepada Repubublika.co.id, Rabu (11/1).

Beberapa isu lain yang dibahas dalam pertemuan tersebut adalah seputar glorifikasi jatuhnya kota Aleppo dari tangan pemberontak dan penyimpangan yang dilakukan oleh sebuah lembaga bantuan kemanusiaan yang terindikasi disalurkan kepada para milisi dan kombatan di Suriah.

Ketua panitia yang juga pimpinan pondok Tazakka, Anizar Masyhadi berjanji akan mengawal hasil rumusan yang telah disepakati.  "Suriah adalah negara yang pertama mengakui kemerdekan Indonesia, Duta Besar Suriah untuk PBB HE. Faris Al-Khoury, yang ketika itu memimpin sidang DK PBB, mendukung sepenuhnya kemerdekaan Indonesia. Peranan itu tidak boleh dilupakan oleh bangsa Indonesia," kata Anizar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement