REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan, tidak akan ada perdamaian di Suriah sampai Presiden Bashar al-Assad berhasil digulingkan dari pemerintahan. Menurut dia, pergantian rezim di Suriah adalah salah satu prioritas pemerintahan Presiden AS Donald Trump saat ini.
“Pergantian rezim adalah sesuatu yang kami pikir akan terjadi," kata Haley, dalam sebuah wawancara dengan CNN, Sabtu (8/4). Ia menambahkan, prioritas Washington lainnya adalah mengalahkan ISIS dan melenyapkan pengaruh Iran dari Suriah.
"Tidak akan ada yang bisa menjadi pilihan solusi politik selama Assad masih memimpin rezim. Jika Anda melihat tindakannya, jika Anda melihat situasi saat ini, akan sulit melihat pemerintahan yang damai dan stabil dengan adanya Assad," kata dia.
Komentar tersebut diucapkan Haley setelah AS menyerang sebuah pangkalan udara Suriah dengan 59 rudal Tomahawk, Kamis (6/4). Serangan itu merupakan serangan balasan atas serangan senjata kimia yang diduga dilakukan pasukan Assad terhadap warga sipil Suriah.
Presiden Trump mengaku memerintahkan serangan rudal ke Suriah setelah menonton siaran televisi yang menunjukkan rekaman video seorang bayi terkena senjata kimia. Pernyataan terbaru Haley ini sedikit bertentangan dengan pernyataan yang dibuat oleh Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson. Tillerson mengatakan, prioritas utama Washington adalah mengalahkan ISIS, Sabtu (8/4).
"Setelah ancaman dari ISIS dapat dikurangi atau dihilangkan, saya pikir kita bisa mengalihkan perhatian kita untuk menstabilkan situasi di Suriah,” kata Tillerson dalam sebuah wawancara dengan CBS.
Tillerson mengatakan, Amerika Serikat berharap dapat membantu pihak-pihak terkait untuk bisa bersama-sama memulai proses solusi politik. “Jika kita dapat mencapai gencatan senjata di zona stabilisasi di Suriah, maka saya percaya, dan kami berharap kami dapat memulai proses politik yang berguna,” kata Tillerson.