Jumat 14 Apr 2017 22:01 WIB

Pakar Senjata Kimia Dunia Selidiki Dugaan Serangan Sarin

Ahli dari Turki mengevakuasi korban diduga karena serangan senjata kimia di Idlib, Suriah ke RS setempat di Reyhanli, Turki, 4 April 2017.
Foto: DHA-Depo Photos via AP
Ahli dari Turki mengevakuasi korban diduga karena serangan senjata kimia di Idlib, Suriah ke RS setempat di Reyhanli, Turki, 4 April 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Kelompok pakar dari pengawas senjata kimia dunia dikirim ke Turki untuk mengumpulkan contoh sebagai bagian dari penyelidikan dugaan serangan senjata kimia di Suriah pada pekan lalu yang menewaskan 87 orang.

Kelompok pencari bukti itu dikirim Badan Pelarangan Senjata Kimia di Denhaag guna mengumpulkan sampel biometrik dan mewawancarai penyintas, kata sumber kepada Reuters pada Kamis (13/4). Pada pekan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Moskow akan meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa menyelidiki penggunaan senjata kimia di Suriah karena Rusia memperkirakan provokasi baru timbul terkait unsur beracun di Suriah.

"Kami (Rusia) akan secara resmi meminta badan PBB di Denhaag serta masyarakat dunia secara saksama menyelidiki kejadian itu dan mengambil keputusan berimbang berdasarkan atas hasil penyelidikan tersebut," kata Putin dalam jumpa pers bersama Presiden Italia Sergio Mattarella.

Berdasarkan atas laporan, serangan gas beracun pada 4 April di provinsi Suriah, yang dikuasai pemberontak di barat laut, Idlib, menewaskan sedikit-dikitnya 70 warga dan melukai sejumlah lagi. Beberapa negara kuat Barat, termasuk Amerika Serikat, menyalahkan pemerintahan Bashar al-Assad atas serangan tersebut.

Pemerintah Suriah membantah memiliki senjata kimia sementara Kementerian Pertahanan Rusia menuding kelompok pemberontak Suriah membuat bahan beracun di sebuah gudang, yang meledak ketika pesawat-pesawat tempur Suriah melancarkan serangan dan ledakan itu menyebabkan pencemaran.

Amerika Serikat Kamis lalu meluncurkan 59 peluru kendali ke arah sebuah pangkalan udara Suriah, yang dicurigai menjadi tempat asal pesawat pembawa senjata kimia diterbangkan. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Selasa bahwa sembilan warga sipil, termasuk empat anak, tewas dan 10 lainnya mengalami luka dalam serangan itu.

Putin mengatakan Moskow mendapat kabar dari sumber-sumber berbeda bahwa provokasi seperti itu sedang dipersiapkan di wilayah lainnya di Suriah, termasuk di daerah pinggiran selatan itu kota negara Suriah, Damaskus. Daerah tersebut dicurigai akan diserang dengan sejumlah benda dan pihak berwenang Suriah akan dituding sebagai pelakunya.

Putin mengatakan perkembangan tersebut mengingatkan dirinya akan peristiwa tahun 2003. Saat itu, perwakilan Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB menunjukkan unsur beracun yang diduga ditemukan di Irak untuk membenarkan invasi ke negara itu.

Sementara itu, Mattarella saat jumpa pers tersebut menyatakan harapan Rusia dan kekuatan lain di dunia menggunakan pengaruh mereka untuk menghindarkan perulangan serangan gas di Suriah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement