Ahad 22 Oct 2017 04:25 WIB

Palestina Kecam Aksi Milisi Tewaskan Puluhan Polisi Mesir

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Andri Saubani
Mahmoud Abbas - Presiden Palestina. Senin(7/3).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Mahmoud Abbas - Presiden Palestina. Senin(7/3).

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengecam peristiwa kontak senjata yang menewaskan sedikitnya 52 polisi Mesir. Ia pun menyampaikan belasungkawa terhadap personel keamanan Mesir yang tewas dalam kejadian tersebut.

Dalam pernyataannya pada Sabtu (21/10), Abbas menyatakan dukungan kepada Pemerintah Mesir dalam melawan dan menumpas milisi dan teroris di negaranya. Apalagi aksi mereka dimaksudkan untuk merusak stabilitas dan keamanan Mesir. "Keamanan nasional Mesir, stabilitas, dan kemajuannya adalah kepentingan nasional Palestina tingkat pertama," ujar Abbas, seperti dikutip kantor berita Palestina WAFA, Sabtu (21/10).

Ia juga menyatakan belasungkawa terhadap polisi Mesir yang tewas baru-baru ini. "Mereka telah menjadi martir membela keamanan dan stabilitas Mesir, serta wilayahnya" ucapnya.

"Pemerintah Palestina mengecam keras semua serangan teror dan segala bentuk kekerasan, serta menegaskan solidaritas penuhnya terhadap Pemerintah Mesir dan orang-orang yang menghadapi terorisme yang bertujuan meruntuhkan keamanan, keselamatan, dan stabilitas Mesir," kata Abbas menambahkan.

Sedikitnya 52 polisi dan anggota wajib militer Mesir tewas dalam aksi baku tembak dengan milisi di sebuah tempat di gurun barat Mesir pada Jumat lalu. Berdasarkan keterangan sejumlah pejabat Mesir, polisi dan anggota wajib militer mereka tewas setelah kontak senjata dengan kelompok Hasm di sebuah apartemen. Hasm adalah kelompok bersenjata yang mengincar polisi dan hakim di Kairo sejak tahun lalu.

Banyaknya korban tewas dari pihak pemerintah disebabkan karena Hasm menggunakan alat peledak dalam konfrontasi tersebut. Kementerian Dalam Negeri Mesir pada awalnya mengatakan bahwa jumlah polisi yang tewas hanya 23 orang. Namun korban tewas meningkat setelah banyak di antara yang terluka akhirnya tidak tertolong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement