REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menuding Iran telah melakukan sebuah tindakan agresi militer secara langsung. Tuduhan itu didasarkan dengan adanya pasokan rudal yang didapatkan oleh kelompok pemberontak di Yaman.
"Ini adalah apa yang bisa kami anggap sebagai tindakan perang terhadap negara ini," ujar Mohammed dalam percakapan dengan Menteri Luar Negeri Inggirs Boris Johnson, dilansir BBC News, Selasa (7/11) lalu.
Sebelumnya kelompok pemberontak di Yaman, yang dikenal sebagai Houthi dilaporkan telah menembakan rudal balistik Burkan H2 di Bandara Internasional King Khaled. Bandara ini terletak sekitar 850 kilometer dari perbatasan Yaman dan 11 kilometer dari arah timur laut Ibu Kota Riyadh.
Menyusul kejadian itu, putra mahkota Arab Saudi mengeluarkan kecaman terhadap Houthi dan Iran, yang dianggap sebagai negara utama pendukung kelompok tersebut. Human Rights Watch juga mengatakan bahwa pelucuran rudal di tempat yang didominasi warga sipil adalah kejahatan perang yang nyata.
Sementara itu, Iran membantah pernyataan Mohammed bahwa negara itu mendukung Houthi dengan memberikan persenjataan. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarid juga mengatakan bahwa Arab Saudi telah bertindak provokatif dengan menyampaikan tuduhan tak berdasar.
"Terlebih Arab Saudi melakukan pembicaraan dengan Inggris, di mana klaim palsu diucapkan dan ini sangat berbahaya karena kami sekalipun tidak melakukan kejahatan seperti yang dikatakan," ujar Zarif.