Selasa 05 Dec 2017 16:53 WIB

AS akan Kehilangan Kredibilitas Jika Ubah Status Yerusalem

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Teguh Firmansyah
Masjidil Haram Yerusalem
Foto: muhammad subarkah
Masjidil Haram Yerusalem

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Penasehat diplomasi Presiden Mahmoud Abbas, Majdi Khaldi mengatakan, para pemimpin di Palestina akan menghentikan kontak dengan Amerika Serikat. Hal itu pasti dilakukan jika Presiden Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibukota Israel.

Seperti diwartakan Fox News, Selasa (5/12) Majdi Khaldi mengatakan, Amerika akan kehilangan kredibilitas sebagai mediator di timur tengah jika hal itu tersebut tetap dilakukan. Keputusan Trump juga dinilai Liga Arab sebagai agresi langsung terhadap kaum muslim dan negara-negara Arab.

Yerusalem merupakan wilayah yang diambil oleh Israel pada 1967. Kawasan tersebut merupakan rumah bagi kaum Muslim, Kristiani dan Yahudi. Pemerintah Palestina berniat menjadikan daerah itu sebagai ibu kota mereka di masa depan.

Sementara, seorang pejabat AS mengatakan, kemungkinan pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel akan terjadi dalam pekan ini. Meski demikian, Trump dikabarkan menunda pengumuman soal pemindahan kedutaan AS di Israel dari Tel-Aviv ke Yerusalem selama enam bulan lagi.

"Pengumuman tentang keputusan tersebut akan dibuat dalam beberapa waktu mendatang," ujar juru bicara Gedung Putih Hogan Gidley kepada wartawan di atas Air Force One saat Trump kembali dari sebuah perjalanan.

Pejabat senior AS mengatakan, Trump diperkirakan akan mengeluarkan perintah sementara yang kedua sejak dia menjabat. Perintah ini untuk menunda pemindahan kedutaan meskipun pada saat kampanye ia berjanji untuk mewujudkan hal tersebut.

Namun pejabat tersebut mengatakan Trump kemungkinan akan memberikan pidato pada Rabu untuk secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement