Senin 02 Apr 2018 21:02 WIB

Turki, Rusia, dan Iran Adakan KTT Trilateral Bahas Suriah

Pertemuan trilateral bulan ini merupakan kedua kalinya digelar.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).
Foto: Ghouta Media Center via AP
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).

REPUBLIKA.CO.ID,ANKARA -- Turki, Rusia, dan Iran, tiga negara penjamin zona de-eskalasi di Suriah, akan kembali mengadakan konferensi tingkat tinggi (KTT) trilateral di Ankara pada Rabu (4/4) untuk membahas perkembangan terbaru dalam krisis Suriah. Pertemuan trilateral tersebut merupakan yang kedua kalinya diselenggarakan setelah sebelumnya diadakan di Kota Sochi, Rusia, pada 22 November tahun lalu.

KTT trilateral kali ini akan dihadiri langsung oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan, Presiden Iran Hassan Rouhani, dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam kesempatan ini, mereka akan membahas mengenai perkembangan terakhir operasi militer Turki di Afrin, situasi terbaru zona de-eskalasi di Idlib, periode transisi politik di Suriah, dan insiden di Ghouta Timur.

Setelah Turki, Rusia, dan Iran meluncurkan proses perdamaian Suriah di Astana, ketiga negara tersebut mengadakan KTT trilateral di Sochi untuk menyatukan pihak-pihak yang bertikai di Suriah. Ketiga negara tersebut sepakat untuk membangun zona de-eskalasi di Provinsi Idlib dan bagian-bagian lain di wilayah Latakia, Hama, dan Aleppo yang berdekatan.

Di bawah perjanjian Astana, Turki akan secara bertahap membentuk 12 titik pengamatan dari utara Idlib ke selatan untuk memantau perjanjian gencatan senjata di zona de-eskalasi. Hal itu juga dilakukan untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan dan memastikan kembalinya orang-orang yang terlantar dengan aman.

Para pemimpin dari tiga negara ini mengklaim, kesepakatan zona de-eskalasi telah berhasil mengakhiri bentrokan di berbagai wilayah. Namun gencatan senjata di seluruh Suriah yang bertujuan untuk mengakhiri konflik bersenjata, belum tercapai sejauh ini.

Presiden Putin akan tiba di Ankara pada Selasa (3/4) untuk terlebih dahulu menghadiri pertemuan Turkish-Russian High-Level Cooperation Council (DK) dengan partisipasi para menteri dari kedua negara. Pertemuan tersebut akan dipimpin bersama oleh Presiden Erdogan dan Putin untuk membahas isu-isu energi, pertahanan, pertanian, dan liberalisasi visa.

Daily Sabah melaporkan, pertemuan antara kedua pemimpin itu akan menjadi pertemuan kesembilan sejak pertemuan terakhir mereka pada 11 Desember tahun lalu. Putin juga dijadwalkan akan menghadiri upacara peletakan batu pertama pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Turki di Akkuyu, Mersin.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Akkuyu akan dibangun oleh perusahaan energi atom Rusia, Rosatom, dan mitra-mitranya dari Turki, yaitu konsorsium Cengiz-Kolin-Kalyon (CKK). Perusahaan Turki membeli 49 persen saham dalam proyek tersebut pada Juni 2017. Proyek tersebut diperkirakan akan menelan biaya sekitar 20 miliar dolar AS.

Unit pertama Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Akkuyu, yang akan memiliki empat reaktor, akan diluncurkan pada 2023. Sementara unit lainnya akan diselesaikam satu per satu pada tahun-tahun berikutnya. Dengan demikian, pembangkit ini akan mencapai kapasitas penuh pada 2026.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement