Selasa 24 Apr 2018 21:11 WIB

Israel Ancam Serang Suriah

Sistem anti-rudal Rusia akan dikerahkan ke Suriah.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Dalam gambar yang diambil oleh Angkatan Laut AS, kapal penjelajah kendali-rudal USS Monterey (CG 61) menembakkan rudal Tomahawk ke Suriah, Sabtu, (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.
Foto: Letnan john Matthew Daniels / Angkatan Laut AS melalui AP
Dalam gambar yang diambil oleh Angkatan Laut AS, kapal penjelajah kendali-rudal USS Monterey (CG 61) menembakkan rudal Tomahawk ke Suriah, Sabtu, (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengatakan negaranya akan melakukan tindakan militer jika Suriah menggunakan sistem pertahanan udara buatan Rusia. Ia berharap sistem itu tidak digunakan terhadap pesawat-pesawat tempur Israel.

"Yang penting bagi kami adalah sistem pertahanan yang diberikan Rusia kepada Suriah tidak akan digunakan untuk melawan kami," kata Lieberman kepada surat kabar Israel, Yedioth Ahronot, Selasa (24/4).

"Jika sistem itu digunakan untuk melawan kami, kami akan bertindak melawan mereka," tambah dia, seperti dilaporkan laman kantor berita Anadolu.

Surat kabar Rusia, Kommersant, melaporkan sistem anti-rudal S-300 dari Rusia akan dikerahkan ke Suriah dalam waktu dekat. Laporan ini mengutip sumber militer Rusia yang tidak disebutkan namanya.

"Israel tidak ikut campur dalam urusan internal Suriah, tetapi di sisi lain kami tidak akan membiarkan Iran membanjiri negara itu dengan sistem senjata canggih yang akan ditujukan terhadap Israel," kata Lieberman.

Pada 9 April lalu, dua jet tempur menghantam pangkalan udara "T4" di Provinsi Homs, Suriah, yang menewaskan dua tentara Suriah, lima militan, dan tujuh orang Iran. Rusia dan Iran menyalahkan Israel atas serangan itu.

Israel telah menduduki sebagian besar wilayah Dataran Tinggi Golan di Suriah sejak Perang Timur Tengah sejak 1967.

Baca juga: PBB Desak Perundingan Damai Suriah Kembali Digelar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement