Senin 30 Jan 2023 14:14 WIB

Australia Selidiki 100 Influencer Media Sosial

Influencer diduga menyembunyikan atau mengaburkan iklan produk di akun mereka.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Badan persaingan usaha Australia mengirimkan notifikasi pada Youtuber, pemengaruh Instagram, Facebook, atau TikTok atas dugaan menyembunyikan atau mengaburkan iklan produk di akun mereka.
Foto: Unsplash
Badan persaingan usaha Australia mengirimkan notifikasi pada Youtuber, pemengaruh Instagram, Facebook, atau TikTok atas dugaan menyembunyikan atau mengaburkan iklan produk di akun mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Badan persaingan usaha Australia mengirimkan notifikasi pada Youtuber, pemengaruh Instagram, Facebook, atau TikTok atas dugaan menyembunyikan atau mengaburkan iklan produk di akun mereka.

Langkah ini diambil setelah Komisi Sekuritas dan Pertukaran Amerika Serikat (AS) mendenda selebriti Kim Kardashian sebesar 1 juta dolar AS pada Oktober lalu. Setelah ia tidak mengatakan dibayar 250 ribu dolar AS untuk mengiklankan sebuah merek kripto.

Dikutip dari the Epoch Times, pada Jumat (27/1/2023) lalu Komisi Persaingan dan Konsumen Australia (ACCC) mengumumkan akan menyelidiki 100 pemengaruh media sosial. Langkah ini diambil setelah lembaga itu menerima 150 keluhan dari masyarakat.

Konsumen menanggapi pengumuman ACCC itu di Facebook meminta agar informasi mengenai penyelidikan dibuka ke publik. Ketua ACCC Gina Gina Cass-Gottlieb mengatakan petunjuk menunjukkan banyak pemengaruh industri kecantikan, gaya hidup, parenting dan fashion tidak mengungkapkan hubungan mereka dengan perusahaan yang mereka promosikan.

"Kami ingin berterimakasih pada masyarakat yang memberitahu kami pemengaruh mana yang mereka yakin tidak melakukan hal yang benar," kata Cass-Gottlieb seperti dikutip dari the Epoch Times, Senin (30/1/2023).

"Kami sudah mendengar dari beberapa firma hukum dan lembaga industri yang memberitahu klien mereka tentang penyapuan ACCC dan mengingatkan mereka untuk mengungkapkan syarat iklan mereka," tambahnya.

ACCC mengatakan akan meninjau berbagai media sosial seperti Instagram, TikTok, Snapchat, YouTube, Facebook, dan layanan streaming Twitch. Bidang yang diselidiki antara lain fashion, kecantikan dan kosmetik, makanan, wisata, kebugaran dan kesejahteraan, parenting, video gim dan teknologi.

Lembaga itu juga menilai perusahaan iklan, pemasaran, media sosial dan lain-lain turut memfasilitasi tindakan ilegal tersebut.

"Dengan semakin banyaknya masyarakat Australia yang berbelanja daring, konsumen kerap mengandalkan ulasan dan penilaian yang sudah membeli, tapi iklan yang menyesatkan dapat sangat merugikan," kata Cass-Gottlieb.

"Penting pemengaruh media sosial menegaskan bila terdapat motivasi komersial dibalik unggahan mereka, termasuk unggahan dengan insetif dan disajikan seakan imparsial tapi sebenarnya tidak," tambahnya.

Asosiasi industri iklan daring, IAB Australia melaporkan pasar iklan lokal Australia tahun lalu naik 22 persen year-on-year mencapai 13,9 miliar dolar Australia. Data laporan tersebut sampai 30 Juni 2022.

Pasar iklan digital untuk pemengaruh media sosial diperkirakan senilai 560 juta dolar Australia. Pemerintah Australia menyambut baik penyelidikan ACC terhadap pemengaruh media sosial.

Pada Jumat lalu Asisten Menteri Keuangan dan Layanan Finansial Stephen Jones mengatakan pemengaruh media sosial harus mengungkapkan kesepakatan bisnis agar konsumen dapat informasi yang adil.

"Bila anda membuat klaim tentang produk di media sosial atau radio atau televisi, maka harus benar, bila anda mendapatkan uang untuk komentar, maka harus diungkapkan, itu sudah cukup jelas," katanya.

Industri pemengaruh Australia membentuk asosiasi yang bernama Australian Influencer Marketing Council (AiMCO) dan menyepakati kode etik. Dewan asosiasi merekomendasikan para pemengaruh rutin dan konsisten menggunakan tagar “#Ad, #Advert, #Advertising, #PaidPartnership, #PaidPromotion, atau #Sponsored” dalam promosi mereka.  

"Pemengaruh yang mempromosikan produk tanpa mengungkapkannya, apakah itu minuman beralkohol atau pelurus rambut, menyesatkan pengikut mereka," kata ketua dewan AIMCO Sharyn Smith pada Australian Financial Review.

"Pengikut ini percaya mereka melihat unggahan organik, lemahnya transparansi pada apa yang kami butuhkan untuk bekerja," katanya.

"Semuanya berdasarkan kepercayaan, bila kepercayaan rusak, bila masyarakat disesatkan, industri berhenti bekerja," tambahnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement