Selasa 20 Apr 2010 00:13 WIB

Risiko Racun Abu Vulkanik, Warga Islandia Berusaha Lindungi Ternaknya

Rep: Wulan Tunjung Palupi/ Red: Ririn Sjafriani

SKOGAR--Jika bagi Eropa bahaya abu vulkanik adalah bagi lalu lintas udara, namun bagi masyarakat Islandia, masalahnya lebih banyak di darat.

 

Peternak di seluruh sekitar wilayah gunung berapi di bawah glteser Eyjafjallajökull yang meletus, berjuang untuk melindungi ternak mereka. Mereka berusaha menjaga agar peliharaan mereka tidak menghirup atau menelan abu, yang bisa menyebabkan perdarahan internal, masalah gigi serta kerusakan tulang jangka panjang .

 

Dekat Skogar, selatan gunung berapi, abu bertiup turun dari gunung, menghalau sinar matahari dan menutupi segala sesuatu yang ada di bawahnya padang rumput, hewan dan manusia dengan abu tebal.

 

Berglind Hilmarsdottir, seorang peternak sapi penghasil susu susu, bekerja sama dengan para tetangganya untuk mengumpulkan sapi-nya, sekitar 120 ekor dan membawa mereka ke tempat penampungan.

 

Abu tebal menyebabkan kawanan ternak itu panik dan tersesat yang menyebabkan para petani harus berkeliling mencari mereka.

 

"Ternak berisiko keracunan florid jika mereka menghirup atau memakan zat ini terlalu banyak," kata Hilmarsdottir. Florid yang terdapat dalam abu dapat menciptakan asam dalam perut binatang menyebabkan korosi usus dan dapat mengakibatkan perdarahan.

 

Zat ini jika terhirup atau terbawa dalam makanan akan mengikat dengan kalsium dalam aliran darah, dan dapat menyebabkan kerapuhan tulang, bahkan menyebabkan tanggalnya gigi. "Yang terbaik yang dapat kita lakukan adalah menempatkan mereka di gudang, memblokir semua jendela dan membawakan makanan dan air bersih selama tanah tercemar abu," kata Hilmarsdottir.

 

Pedesaan Islandia dekat dengan gunung berapi sehingga di wilayah itu jumlah abu menjadi luar biasa. Sebagian besar kegiatan warga desa di wilayah sekitar Eyjafjallajokull adalah beternak sapi, kuda dan domba, sehingga peristiwa ini amat merugikan mereka.

 

Padahal ini adalah musim beranak bagi para ternak, namun dengan adanya abu pertanian kelangsungan hidup para ternak menjadi tidak pasti. Pada 1947 saat gunung berapi di wilayah itu meletus dan peternakan terkena lebih dari 60 tahun kemudian, beberapa masih dapat terlihat bekas-bekas peristiwa puluha tahun silam.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement