Kamis 13 May 2010 04:24 WIB

Hanya Bocah 8 Tahun yang Selamat dalam Kecelakaan Pesawat di Libya

Bangkai pesawat Afriqiyah Airways
Foto: AP
Bangkai pesawat Afriqiyah Airways

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI--Bocah perempuan berusia delapan tahun berkebangsaan Belanda menjadi satu-satunya korban selamat dalam kecelakaan pesawat di Bandara Internasional Tripoli, Libya, yang menewaskan 103 penumpangnya. Kepastian jumlah korban ini disampaikan Menteri Transportasi Libya, Mohamed Zidan. Kecelakaan ini merupakan yang terburuk sepanjang lima tahun ini.

Kondisi bocah itu dikabarkan stabil dan sekarang tengah dirawat intensif di sebuah rumah sakit di Tripoli. Zidan menyatakan tak ada cidera serius yang mengancam nyawa bocah itu. "Sungguh ini sebuah keajaiban," ujarnya.

Pesawat Afriqiyah Airways jenis Airbus 330 yang datang dari Afrika Selatan jatuh pada hari Rabu pagi. Zidan memastikan, jatuhnya pesawat murni karena gagal mendarat. "Kami menolak teori bahwa kecelakaan adalah hasil dari suatu tindak terorisme," kata Zidan dalam sebuah konferensi pers.

Afriqiyah Airways mengatakan pesawat, membawa 93 penumpang dan 11 kru, akan mendarat ke tanah ketika kecelakaan terjadi.

Televisi pemerintah Libya memperlihatkan gambar lapangan yang luas tersebar dengan potongan-potongan kecil dan besar puing-puing pesawat dan puluhan polisi dan pekerja penyelamatan dengan masker dan sarung tangan bedah, beberapa dari mereka membawa setidaknya satu tubuh pergi. "Semua penumpang dan awak meninggal, kecuali satu anak," kata seorang pejabat keamanan di bandara Libya.

Peneliti Prancis akan melakukan perjalanan ke Tripoli pada hari Rabu untuk mengambil bagian dalam penyelidikan kecelakaan itu, kata lembaga penyelidik kecelakaan udara BEA. sedang pihak Airbus akan mengirimkan pakar sebagai bagian dari tim investigasi Prancis. "Airbus akan memberikan bantuan teknis secara penuh kepada pihak berwenang bertanggung jawab atas penyelidikan kecelakaan melalui BEA," kata perusahaan dalam sebuah pernyataan.

sumber : AP/All Africa/Al Jazeera
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement