REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM--Belanda berkabung menyusul kecelakaan pesawat Afriqiyah Airlines di Libya yang menewaskan 61 warganya. Mereka dalam perjalanan pulang setelah libur musim semi di Afrika Selatan, ketika pesawat yang mereka tumpangi jatuh di sebuah padang di Libya saat hendak mendarat di bandara setempat.
Satu-satunya korban selamat dalam musibah itu adalah seorang bocah berusia 10 tahun. Namun hingga hari ini, Kementerian Luar Negeri Belanda mengatakan tidak bisa memverifikasi rincian sampai resmi tentang jatidiri bocah itu. Menteri Luar Negeri Belanda, Maxime Verhagen mengatakan, satu-satunya petunjuk bocah itu warga belanda karena selalu berguman negaranya.
"Kami kira dia Belanda karena dia berkata 'Holland Holland' ke dokter yang merawat dia," ujarnya. Itu sebabnya, pihak rumah sakit segera menghubungi konsulat Belanda di negara itu.
Suasana duka tampak menyelimuti seluruh kota. Bendera Belanda diturunkan setengah tiang dan kampanye untuk pemilihan parlemen 9 Juni dihentikan sementara hari ini.
Ratusan orang menelepon nomor darurat di Kementerian Luar Negeri dan dinas pariwisata untuk bertanya tentang keluarga, teman, atau untuk mengetahui apakah ada orang dari kota mereka pada penerbangan itu. Rekaman video bocah yang selamat, yang dicuplik dari TV Libya, berulang kali ditampilkan pada saluran TV utama Belanda.
Warga Belanda yang menjadi korban merupakan wisatawan Belanda yang bergabung dengan dua paket tur ke Afrika Selatan dari agen perjalanan Belanda. Satu kelompok terdiri 38 orang tertinggal di Duesseldorf, Jerman, dan yang lainnya, 24 orang dari Brussels, Belgia. Menteri luar negeri Belanda tidak dapat mengkonfirmasi bahwa angka 62 penumpang dalam pesawat itu seluruhnya warga Belanda.