Senin 17 May 2010 21:59 WIB

Terkendala Abu Vulkanik, Bandara Tersibuk di Eropa Ditutup

Rep: wulan tunjung palupi/ Red: Ririn Sjafriani

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Bandar udara (Bandara) tersibuk di Eropa, Heathrow, terpaksa ditutup Senin pagi (17/5) akibat awan tebal abu vulkanik melayang melintasi Inggris dari Islandia. Otoritas penerbangan Inggris mengambil keputusan itu arena tak mau megambil risiko keselamatan penerbangan.

Wilayah udara di sekitar Heathrow, London ditutup pada 01.00 dini hari waktu setempat, demikian pernyataan Layanan Lalu Lintas Udara Nasional. Pembatasan penerbangan ini akan mempengaruhi Heathrow, Gatwick, Stansted dan bandara London City setidaknya hingga tujuh jam mendatang.

Abu dari Islandia itu melayang hingga langit London namun penerbnagan masih dimungkinkan untuk digeser ke bagian utara Inggris seperti Manchester dan Liverpool. Namun dengan alasan keselamatan, seluruh bandara di udara Irlandia dan Skotlandia ditutup.

Di Irlandia, bandara internasional Dublin ditutup sejak Ahad sore sampai setidaknya Senin pukul 13 siang wajtu setempat. Beberapa bandara di Irlandia sebelah barat juga ditutup dan akan dibuka kembali pada waktu yang berbeda di hari Senin.

Lalu lintas udara Inggris mengungkapkan awan abu berubah bentuk dan bergerak ke selatan, ke arah Oxford, Inggris, yang terletak 100 kilometer barat laut London. Kantor layanan cuaca mengatakan angin barat laut akan beruah arah pada pertengahan pekan ini, dan mengusir abu dari wilayah Britania.

Sementara itu pemerintah Jerman mengirim dua penerbangan uji coba pada Ahad (16/5) untuk mengukur kepekatan awan abu, satu dari Jerman Aerospace Center (DLR) dan lainnya dari maskapai terbesar Jerman, Lufthansa.

"Semua data dari kedua penerbangan itu langsung dikirim ke otoritas penerbangan di Inggris, Belanda dan Jerman," kata juru bicara pusat luar angkasa Andreas Schuetz.

Gunung Eyjafjallajokul di Islandia belum benar-benar berhenti mengeluarkan abu vulkanik sejak dua bulan lalu dan sempat melumpuhkan dunia penerbangan tidak hanya di Eropa namun juga berdampak ke seluruh dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement