Rabu 19 May 2010 04:27 WIB

Bom Bunuh Diri Hadang Konvoi NATO, 18 Tewas

Bangkai mobil yang terbakar akibat ledakan bom di Kabul, Afghanistan.
Foto: Reuters
Bangkai mobil yang terbakar akibat ledakan bom di Kabul, Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL--Seorang pembom bunuh diri menabrakkan mobilnya ke iring-iringan konvoi NATO di Kabul hari Selasa, menewaskan sedikitnya 18 orang, termasuk lima tentara dan melukai 47 orang lainnya. Serangan ini disebut sebagai serangan besar pertama tahun ini.

Juru bicara Taliban, Zabiullah Mujahid, kepada Associated Press dari sebuah lokasi yang dirahasiakan menyatakan bertanggung jawab atas insiden ini. Ia menyebut pembom itu seorang laki-laki dari Kabul dan mobilnya itu penuh dengan 750 kilogram bahan peledak. Sasaran serangan adalah konvoi asing, katanya.

Daerah sekitar lokasi ledakan itu dipenuhi puing-puing. Pasukan AS dan polisi Afghanistan melakukan penjagaan di sekitar mobil, bus dan kendaraan lain yang tinggal rangka saja.

NATO mengatakan enam anggota layanan tewas dalam serangan itu, dan juru bicara pasukan Amerika, Kolonel Wayne Shanks, membenarkan bahwa lima dari mereka adalah Amerika.

Itu adalah serangan paling mematikan untuk NATO di ibukota sejak serangan bom bunuh diri September yang menewaskan enam tentara Italia. Serangan ini dilakukan setelah tentara gabungan melakukan langkah  ofensif besar di provinsi selatan Kandahar, yang dikenal sebagai benteng Taliban.

Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, mengutuk serangan itu. "Ada korban di antara pasukan NATO maupun di antara warga sipil - perempuan, anak-anak dan anak-anak sekolah," kata Karzai dalam konferensi pers.

NATO mengatakan lima kendaraan yang rusak dan lebih dari selusin kendaraan sipil tinggal puing. Tanggal  26 Februari lalu,  serangan terhadap dua hotel menewaskan enam orang Indiadan 10 warga Afghanistan. Pemerintah Afghanistan menyebut serangan itu sama dengan serangan yang didalangi Lashkar-e-Taiba, milisi yang berbasis di Pakistan di Mumbai yang menewaskan 166 orang.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement