REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK--Pusat kota Bangkok kembali menjadi medan pertempuran setelah beberapa pimpinan demonstran ditangkap aparat. Mereka menembakkan granat dan melakukan pembakaran di gedung Bursa Efek Bangkok, beberapa bank, kantor pusat listrik negara, dan pusat perbelanjaan megah Central World di jantung kota. Gedung-gedung bioskop juga mengalami hal yang sama.
Pemerintah Thailand menyatakan jam malam di Bangkok dari pukul 20.00 hingga 06.00. Sebuah pengumuman yang ditandatangani oleh Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva dan disiarkan di televisi melarang warga meninggalkan rumah pada jam-jam tersebut tanpa izin dari pihak berwenang.
Setidaknya dua pengunjuk rasa dan seorang fotografer berita Italia tewas dalam kekerasan tentara hari Rabu. Tiga wartawan asing lainnya dan 15 warga mengalami luka-luka dalam pertempuran itu.
Soal penangkapan pemimpin Kaus Merah itu masih simpang siur. Sebuah sumber menyatakan mereka ditangkap dan digelandang secara paksa. Namun sumber di kalangan demonstran menyebut mereka menyerahkan diri secara sukarela sesaat sebelum tentara menyatakan Bangkok telah berhasil dikuasai dan "di bawah kontrol penuh" aparat. Namun tak sampai hitungan jam, kerusuhan lebih besar kembali meletus.
Dalam kerusuhan kali ini, jurnalis ada dalam bahaya. Demonstran berbalik marah pada media lokal, yang mereka anggap pemberitaannya sangat pro-pemerintah. Kelompok perusuh menyerang kantor-kantor berita yang diduga pro-pemerintah, antara lain stasiun televisi Channel 3. Mereka membakar lapangan parkir media itu yang membocorkan pipa-pipa sehingga air menggenangi seluruh lantainya. Surat kabar berbahasa Inggris, The Bangkok Post mengevakuasi stafnya setelah mendapat ancaman dari Kaus Merah. Sebuah gedung dekat surat kabar itu dibakar.
"Channel 3 memerlukan bantuan mendesak dari polisi dan tentara sekarang!" demikian bunyi tweet pembawa berita Patcharasri Benjamasa. "Mobil habis dihancurkan dan kini mereka mencoba masuk ke dalam bangunan."
Kurang dari satu jam kemudian, Channel 3 berhenti siaran.