Kamis 20 May 2010 20:51 WIB

Obama Bahas Iran dengan PM Turki

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, mengatakan kepada Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, Rabu (19/5) bahwa AS akan terus mendesakkan sanksi-sanksi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) terhadap Iran, berkaitan dengan program nuklirnya.

Dalam pembicaraan telepon itu, Obama mengakui kesepakatan yang ditempa oleh Turki dan Brazil bagi Republik Islam Iran untuk bisa menukarkan sekitar separoh uranium hasil pengayaan rendahnya untuk bahan bakar di Turki, kata Gedung Putih dalam pernyataannya.

Namun, Obama menegaskan, masyarakat internasional akan terus khawatir secara mendasar mengenai keseluruhan program nuklir negara tersebut, di samping Iran gagal memenuhi kewajiban internasionalnya.

"Kemudian, dia mengisyaratkan bahwa perundingan-perundingan mengenai resolusi baru Dewan Keamanan PBB akan berlanjut, dan mencatat bahwa penolakan Iran untuk bertemu dengan P5+1 mengenai program nuklir Iran dan juga penolakannya baru-baru ini untuk menghentikan pengayaan uranium hampir 20 persen, tidak membangun kepercayaan," paparnya.

Kelompok P5+1 terdiri atas lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yakni Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat, ditambah Jerman.

AS mengumumkan bahwa resolusi baru DK PBB itu didukung oleh Rusia, China dan negara-negara kuat lainnya, untuk menjatuhkan sanksi keempat terhadap Iran, Selasa (18/5).

Namun, Turki dan Brazil menanggapi seruan anggota-anggota DK PBB itu dengan memberikan peluang perundingan dengan Iran serta 'menghindari tindakan-tindakan yang bisa merusak solusi perdamaian atas masalah ini.'

Washington khawatir Teheran berusaha untuk membangun persenjataan nuklir di balik kedok program nuklir sipilnya, namun tuduhan tersebut telah berkali-kali dibantah oleh Iran.

Iran menegaskan bahwa program nuklir sipilnya adalah untuk mencukupi kebutuhan listrik rakyatnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement