REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS--Para relawan Armada Kebebasan yang akan menuju Gaza memperingatkan Israel atas ancamanya yang akan menganeksasi kapal armada serta menangkapi para relawan. Tindakan tersebut sebagai aksi pembajakan terhadap kapal mereka.
Dalam pernyataanya jubir gerakan Eropa Campaign untuk pembebasan blockade Gaza, Romi Abduh, Jum’at (28/5) mengatakan, para relawan yang berada di kapal armada kebebasan memutuskan untuk menyatukan diri mereka dengan kapal dengan cara merantai tubuh mereka dengan rantai besi. Mereka juga berkukuh akan tetap di perairan regional Palestina.
Abduh menambahkan, sebanyak 750 relawan yang tergabung dalam rombongan armada kebebasan mengancam akan tetap tinggal di perairan serta melakukan mogok makan secara umum, jika pemerintah Isreal tetap melarang mereka tiba di Gaza. Para relawan justru bertambah kuat tekadnya untuk sampai di Gaza. Mereka mengatakan, kondisi yang dialaminya kini tidak lebih baik dari satu juta setengah warga Gaza yang terisolir dengan kondisi tanpa prikemanusiaan.
Mereka teraniaya hak-haknya akibat perang dan kondisi kemanusiaan. Abduh menegaskan, tidak ada satupun di antara para relawan yang membawa senjata. Tujuan relawan juga sudah jelas adalah untuk membebaskan blokade dan memberikan bantuan kemanusiaan untuk rakyat Gaza, walau bagaimanapun ancaman Israel.
Di sisi lain Abduh mengatakan, pihaknya sudah mengevakuasi para relawan yang tergabung dalam gerakan Gaza Free ke dalam kapal. Keterlambatan terjadi akibat kesalahan teknis. Pihaknya akan bergerak sesuai rencana tidak ada perubahan apapun.
Menurut jadwal, kapal mulai bergerak dari perairan Cyprus pada Jum’at sore (28/5). Mereka akan berlayar langsung menuju Gaza. Diperkirakan akan sampai di pelabuhan Gaza setelah menempuh perjalanan 24 jam di laut. Di sisi lain, dua anggota parlemen dari Ikhwanul Muslimin Mesir yang ikut dalam rombongan armada menegaskan, dirinya siap mati syahid atau menjadi tawanan, jika Israel memaksa mereka dengan kekerasan.