REPUBLIKA.CO.ID,LAHORE--Sejumlah pria bersenjata Senin malam melepaskan tembakan di rumah sakit Pakistan tempat korban serangan di masjid Ahmadiyah dirawat, menewaskan 12 orang dalam tembak-menembak dengan pasukan keamanan
Para penyerang, kata seorang dokter, telah menyerang pintu Rumah Sakit Jinnah di kota Lahore di Pakistan timur, tempat sedikitnya 30 korban dan salah seorang yang diduga penyerang dalam serangan bunuh diri dan granat Jumat, dirawat. "Mereka mulai menembak dengan membabi-buta di luar ruang darurat dan unit perawatan intensif," kara dokter Javed Akram pada wartawan.
Sebagai akibatnya, 12 orang tewas. Sebagian besar dari mereka pejabat polisi. Beberapa penjaga rumah sakit dan orang yang hadir juga tewas, ujarnya. Akram mengatakan pada wartawan bahwa sedikitnya 30 orang Ahmadiyah yang terluka telah dibawa ke rumah sakit itu dan bahwa salah seorang yang diduga pelaku serangan yang menghancurkan Jumat, dirawat di sebuah ruang tersendiri.
Mobil lapis baja polisi bergegas ke tempat itu ketika tembak-menembak berlanjut, kata dokter itu. Identitas penyerang tidak jelas dengan segera, menurut pejabat polisi Sohail Sukhera. Serangan itu terjadi tiga hari setelah yang diduga gerilyawan Muslim Sunni yang memakai rompi menyerang dua tempat ibadah Ahmadiyah di dua lingkungan permukiman di Lahore dan menewaskan 82 jemaah.
Serangan itu adalah yang terburuk di Pakistan sejak seorang pembom bunuh diri menewaskan 101 orang pada 1 Januari, pada pertandingan bola voli di Bannu, yang berbatasan dengan daerah suku di perbatasan Afghanistan yang Washington katakan sebagai markas besar Al Qaida.
Polisi Pakistan menyalahkan serangan itu pada gerilyawan Tahreek e Taliban Pakistan yang dilatih di Waziristan, daerah suku di perbatasan Afghanistan. Kelompok HAM penting Pakistan mengatakan, masyaraat Ahmadiyah telah menerima ancaman selama lebih dari setahun dan para pejabat menyalahkan serangan itu pada gerilyawan yang telah menewaskan lebih dari 3.370 orang dalam sejumlah pemboman dalam tiga tahun terakhir.
Lahore, kota dari delapan juta orang dan dianggap secara luas sebagai ibukota kebudayaan Pakistan, semakin menderita kekerasan Taliban dan gerilyawan terkait Al Qaida, dengan sekitar 265 orang tewas dalam sembilan serangan sejak Maret.