REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM--Tindakan barbar marinir Israel yang merangsek masuk ke kapal Mavi Marmara dan menewaskan sedikitnya sepuluh orang diatas kapal itu dihujat parlemen di negara itu. Mereka menyebut tindakan itu sebagai "agak memalukan". Bahkan salah satu anggota Knesset, sebutan untuk parlemen Israel, Mohammed Barakeh menyindir dengan mengucapkan selamat kepada Menteri Pertahanan Ehud Barak atas "kemenangan yang menentukan bagi tentara bajak laut di armada itu dan merampas kebebasan sipil".
"Setiap pemerintah yang menempatkan dirinya di luar hukum internasional dan kemanusiaan akan menyerahkan diri untuk tong sampah sejarah," ujarnya, kepada media terkemuka Israel, Haaretz.
Anggota lain, Taleb al-Sana mengatakan operasi itu "menunjukkan wajah buruk dari Zionisme, kekerasan dan agresi pemerintah Israel". Sana menyebut penangkapan sebagai tindakan teror negara terhadap misi kemanusiaan dan menyerukan para pemimpin Israel untuk diadili atas kejahatan perang. "Kejadian ini membuktikan Anda tidak perlu menjadi seorang Jerman untuk bertindak melebihi apa yang dilakukan Nazi," katanya.
Kemarin, polisi Israel menangkapi sejumlah aktivis yang melakukan unjuk rasa memprotes penyerbuat Israel atas armada bantuan kemanusiaan ke Gaza di dekat pintu gerbang Kota Tua. Sejumlah pengunjuk rasa ditangkap di utara kota Umm al-Fahm sebagai demonstrasi berubah menjadi kerusuhan.
Protes juga diadakan selama sore hari di kota-kota Arab Israel Acre, Sakhnin, Arabe dan Shfaram. Tidak ada kata kekerasan atau gangguan di daerah tersebut.
Sebuah demonstrasi spontan meletus di Nazaret. Protes di kota berpenduduk Arab di Israel utara merupakan respons massa pertama terhadap berita komando Israel telah menembaki armada bantuan saat mereka mendekati zona maritim.
Laporan di media berbahasa Arab pada hari Senin bahwa Raed Salah, kepala cabang utara Gerakan Islam Arab Israel, telah luka parah memicu kemarahan meluas di kalangan minoritas Arab di negara itu - sekitar 20 persen dari populasi. Pejabat Israel, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada Haaretz bahwa Salah masih hidup - tetapi tidak memberikan rincian lainnya pada kondisinya.
Menteri Keamanan Internal, Yitzhak Aharonovitch, juga mengadakan pertemuan darurat dengan polisi, mengatakan bahwa saat ini prioritasnya adalah mempertahankan ketenangan.
The Arab Higher Monitoring Committee, yang merupakan minoritas Arab Israel, meminta pasukan Israel untuk tetap berada di luar kawasan Arab agar tidak memancing kekerasan. "Pemerintah Israel dan polisi membawa tanggung jawab atas keselamatan warga negara Arab yang akan menuntut hak untuk protes terhadap polisi pemerintah dan kementerian pertahanan yang membawa pesan perdamaian ke Gaza."