Rabu 02 Jun 2010 09:15 WIB

Palestina Satu-satunya Anggota KAA yang Belum Merdeka

Rep: harun/ Red: Krisman Purwoko
Palestina
Palestina

REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN-–Presiden Majelis Parlemen Asia (Asian Parliamentary Assembly/APA), Marzuki Alie, mengatakan sebagian besar negara yang mengikuti Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, enam dekade lalu, telah merdeka. Satu-satunya yang belum merdeka, kata dia, adalah Palestina. Demikian wartawan Republika Harun Husein melaporkan dari Teheran.

Marzuki mengatakan komitmen Indonesia terhadap perjuangan Palestina sudah sangat lama. Pada penyelenggaran KAA, misalnya, Indonesia hanya mengundang delegasi Palestina, dan tidak mengundang delegasi Israel yang telah menduduki wilayah Palestina sejak tahun 1948.

Indonesia, kata Marzuki, telah berulangkali berupaya agar isu Palestina selalu mendapat perhatian komunitas internasional. Pada tahun 2005, misalnya, Indonesia berhasil memasukkan isu Palestina dalam the New Asian-African Strategic Partnership (NAASP). Di bawah skema NAASP itulah, muncul agenda pemberian bantuan konkret kepada Palestina, yaitu pembangunan kapasitas (capacity building).

Pada NAASP Ministerial Meeting on Capacity Building for Palestine, yang digelar di Jakarta, medio Juli 2008 silam, digagas tiga sektor utama pembangunan kapasitas di Palestina, yaitu pemerintahan, infrastruktur, dan sosial budaya. Dengan bantuan kapasitas tersebut, diharapkan, setelah Palestina merdeka, langsung bisa menjalankan pemerintahannya. Pertemuan tersebut dihadiri oleh 281 peserta dari 56 negara.

Harus bersatu

Menurut Marzuki, bantuan dan dukungan dari luar untuk kemerdekaan Palestina merupakan sesuatu yang penting. Namun, bersatunya faksi-faksi pejuang kemerdekaan Palestina, jauh lebih penting.

“Bercermin dari periode kritis dalam perjuangan Indonesia untuk mencapai dan mempertahankan kemerdekaan, sumber sesungguhnya dari kekuatan bangsa terletak pada persatuan bangsa,” kata Marzuki saat berpidato dalam Pertemuan Troika Plus APA, di Tehran, Iran, Selasa (1/6).

Pertemuan tersebut dihadiri Ketua Parlemen Iran, Ali Larijani; Ketua Parlemen Suriah, Mahmud Ai Abrash; Wakil Ketua Parlemen Nasional Palestina; dan Sekretaris Jenderal APA, Nejad Hosseinian.

Persatuan antarfaksi di Palestina, kata Marzuki, merupakan sesuatu yang sangat penting. Indonesia, kata dia, sangat mendukung setiap inisiatif untuk menyelenggarakan pembicaraan rekonsiliatif antar-berbagai faksi di Palestina, terutama antara Fatah dan Hamas.

“Setiap upaya untuk membebaskan bangsa Palestina dari penindasan, harus dimulai dengan persatuan nasional mereka. Tanpa itu, Palestina hanya akan menjadi dua wilayah yang terpisah, dikelompokkan, diisolasi, dan bertentangan satu sama lain,” kata Marzuki.

Sebelumnya, Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR-RI, Hidayat Nur Wahid, mengatakan serangan kepada konvoi bantuan kemanusiaan ke Gaza, telah membuat Fatah dan Hamas bersatu. Dia mengatakan momentum itu harus dikelola secara maksimal, terutama oleh negara-negara yang selama ini mendukung kemerdekaan Palestina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement