Kamis 03 Jun 2010 18:59 WIB

Ini Dia Deal Amerika-Israel Terkait Penyelidikan Insiden Gaza

Aksi mengutuk Israel di Karachi, Pakistan
Foto: ap
Aksi mengutuk Israel di Karachi, Pakistan

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM--Seperti sebuah sinetron yang ending-nya bisa ditebak. Begitulah akhir dari sikap Amerika Serikat atas insiden Mavi Marmara yang merampas nyawa belasan aktivis kemanusiaan. Amerika Serikat telah mengusulkan sebuah cara yang mungkin bagi Israel untuk menghindari penyelidikan internasional atas kejadian-kejadian seputar insiden Gaza.

Menurut sumber anonim yang dikutip media Israel Haaretz, Amerika telah mengusulkan agar Netanyahu mengumumkan bahwa Israel akan membentuk sebuah komisi independen oleh bangsa Israel untuk menyelidiki peristiwa bentrokan armada. Dalam penyelidikan ini, Amerika Serikat akan berperan sebagai observernya.

Saat ini, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menunjukkan tanda-tanda bakal menolak apapun bentuk penyelidikan, sebagian karena Menteri Pertahanan Ehud Barak juga menolak hal itu.

Pada hari Senin dan Selasa, penasihat Perdana Menteri Netanyahu, Yitzhak Molcho dan Uzi Arad, bepergian ke Washington. Pada hari Selasa mereka melakukan serangkaian pembicaraan di Gedung Putih dengan Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat, Michael Oren, dan bertemu dengan Penasihat Keamanan Nasional James Jones, penasihat Presiden soal Timur Tengah, Denis Ross, serta Dan Shapiro, yang memegang portofolio Timur Tengah di Dewan Keamanan Nasional.

Salah satu isu utama yang dibahas adalah permintaan Amerika bahwa Israel melakukan penyelidikan sendiri peristiwa seputar penanganan armada tersebut dan menolak penyelidik independen asing.

Seorang pejabat senior AS menyampaikan proposal Amerika untuk dua penasihat senior Israel, yang bertujuan untuk meredakan kemarahan masyarakat internasional dan juga tidak akan terlalu keras menolak keinginan Israel untuk melakukan investigasi sendiri tanpa keterlibatan asing.

Proposal Amerika, yang mengusulkan komisi independen untuk penyelidikan itu, meyakini gagasan itu meningkatkan kepercayaan internasional dalam kesimpulan penyelidikan itukarena ada wakil Amerika sebagai pengamat.

Molcho kembali ke Israel Rabu dan bertemu dengan perdana menteri untuk memperbarui rincian proposal Amerika.

Sumber-sumber politik di Israel mengatakan bahwa Netanyahu adalah tidak terburu-buru, pada tahap ini, untuk menerima tawaran Amerika. Kemungkinan itu tidak dibahas panjang lebar dalam pertemuan kabinet hari Rabu. Sumber di biro perdana menteri mengatakan masih terlalu dini untuk bicara komite penyelidikan.

Namun, beberapa menteri dari kelompok "tujuh" yang bertemu untuk membahas masalah politik-militer yang paling sensitif, mengatakan ada semacam urgensi untuk penyelidikan. "Jika kita tidak melakukan ini sekarang atas inisiatif sendiri, maka akan dipaksakan pada kita oleh dunia," salah seorang menteri mengatakan.

Menteri lain menambahkan bahwa "kita harus membuat keputusan ini dengan cepat."

Sementara itu, masyarakat internasional makin mendesakkan keinginannya agar Israel "ditindak". Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa Rabu memutuskan untuk mengirim komite internasional penyelidikan ke wilayah itu untuk melihat duduk persoalan yang sebenarnya. Sebanyak 32 negara memberikan suara mendukung komite penyelidikan, sembilan abstain dan tiga negara - Amerika Serikat, Belanda dan Italia - memberikan suara menentang.

Keputusan ini mirip dengan salah satu yang membentuk Komite Goldstone, yang menilai Operasi Cast Lead  di Jalur Gaza dan menerbitkan laporan yang menuduh Israel dan Hamas memiliki kejahatan perang.

Negara-negara Arab meminta dewan untuk mengutuk Israel karena melanggar hukum internasional karena telah mengambil alih armada kapal di perairan internasional.

Resolusi Dewan itu menyerukan Israel untuk mencabut blokade di Jalur Gaza dan untuk memberikan penduduk dengan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.

Resolusi juga memberikan mandat agar dewan mengirim kelompok independen internasional untuk menyelidiki fakta-fakta kejadian dan setiap pelanggaran hukum internasional sebagai akibat dari "serangan Israel terhadap sebuah konvoi kapal membawa bantuan kemanusiaan."

sumber : Haaretz
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement