Jumat 04 Jun 2010 06:25 WIB

Suara Dalam Negeri Israel Terpecah Sikapi Usulan Investigasi

Benjamin Netanyahu-Avigdor Lieberman
Foto: Telegraph
Benjamin Netanyahu-Avigdor Lieberman

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM--Para petinggi Israel menyikapi secara berbeda seruan pentingnya penyelidikan insiden Mavi Marmara. Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman pada hari Kamis mendukung rencana Presiden AS Barack Obama untuk penyelidikan independen oleh Israel dalam serangan di sebuah armada bantuan Gaza yang menyebabkan sedikitnya sembilan orang meninggal dunia.

"Kami tidak takut komisi penyelidikan," kata Lieberman. "Saya mengatakan kepada perdana menteri bahwa kita harus membuat sebuah komisi penyelidikan yang terbuka dan transparan."

Para pengamat mengatakan bahwa proposal AS untuk Israel dengan mengusulkan komisi penyelidik sendiri dan melibatkan  pengamat Amerika bisa membantu Israel menghindari penyelidikan internasional dalam bentrokan Senin. "Kami memiliki kepentingan dalam mendirikan sebuah komite seperti kita sendiri, bukan karena tekanan luar," kata Lieberman kepada Radio Israel.

"Kami memiliki ahli hukum yang sangat baik, salah satu dari mereka akan bersedia atas nama dirinya sendiri, dan jika mereka ingin menyertakan anggota internasional dalam komite mereka, tak masalah," katanya.

Namun di sisi lain, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dikabarkan menentang penyelidikan itu. Kabarnya, sebagian karena keberatan dari Menteri Pertahanan Ehud Barak. Sumber di biro perdana menteri mengatakan kepada Haaretz itu masih terlalu dini untuk berbicara soal komite penyelidikan - meskipun beberapa menteri dari kelompok "tujuh", yang memberikan konsultasi pada Netanyahu, telah mendukung penyelidikan Israel.

Menteri lain, termasuk Menteri Tenaga Kerja Benjamin Ben Eliezer dan Avishai Braverman, mendukung penyelidikan internasional.

"Kami bertindak sesuai dengan hukum internasional dan kita tidak perlu menyembunyikan," kata Ben-Eliezer. "Kita tidak perlu takut dari penyelidikan internasional."

Sementara itu, PBB melalui Dewan HAM PBB pada Rabu memutuskan untuk mengirimkan penyelidik ke wilayah tersebut. Tiga puluh dua negara memberikan suara mendukung sebuah komite penyelidikan, dengan sembilan abstain dan tiga - Amerika Serikat, Belanda dan Italia - menolak.

sumber : Haaretz
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement