Rabu 09 Jun 2010 23:14 WIB

Warga Gaza Berebut Tiket untuk Lintasi Perbatasan Mesir

Tampak warga Gaza yang berusaha mendapat ijin untuk melintasi perbatasan menuju Mesir, Selasa (8/6)
Foto: AP
Tampak warga Gaza yang berusaha mendapat ijin untuk melintasi perbatasan menuju Mesir, Selasa (8/6)

REPUBLIKA.CO.ID, RAFAH--Seorang warga Palestina yang kelulusannya harus tertunda di Malaysia, serta seorang pria tua yang harus membatalkan operasi mata di Mesir, merupakan sebagian yang berusaha keluar dari kawasan blokade Gaza, seiring dengan diperlonggarnya pintu perbatasan ke Mesir.

Terminal penumpang yang berada dibawah kekuasan Hamas di Gaza disamping perbatasan tampak dipenuhi dengan ratusan warga Gaza yang berusaha mendapat persetujuan untuk menyebrang ke Mesir, Selasa (8/6). Suasana saat itu tampak semrawut dengan warga yang beradu mulut dengan petugas perbatasan Hamas yang kewalahan.

"Mundur!" tegas seorang petugas Hamas ke arah kerumunan warga melalui mikrofon tangan.

Didekatnya, seorang petugas berpakaian hitam mengangkat tongkat pemukul untuk mengancam seorang pria tengah bawa yang terus membantahnya.

Sebagian besar 1,5 juta warga Gaza harus menunda hidup mereka selama penutupan perbatasan oleh Israel dan Mesir selama tiga tahun terakhir, menyusul pengambilalihan pemerintahan oleh militan Islam Hamas.

Saat ini setelah serangan mematikan dari militer Israel pada armada kapal yang mencoba menembus blokade, ada sepercik harapan, hari-hari suram akibat blokade akan segera berakhir.

Serangan yang berakhir dengan tewasnya sembilan relawan pro-Palestina, para pemimpin dunia menekan akan embargo itu diperlonggar atau dicabut.

Pemerintah Mesir berjanji untuk membuka perbatasan Rafah setiap hari, tak hanya sesekali yang menandai adanya perbaikan nyata.

Hanya warga yang memiliki paspor asing atau ijin tinggal atau warga yang butuh tindakan medis atau yang diterima di universitas yang diperbolehkan melintas di Mesir.

Kelompok itu merupakan kelompok yang sama seperti di masa lalu, meskipun pembukaan terminal terus menerus selama minggu terakhir telah membantu mengurangi antrian beberapa ribu warga.

Sebagian warga yang berada di kerumunan tersebut telah datang kedua atau ketiga kali agar mereka bisa menyebrang.

Hani Ihlayyel adalah seorang warga Gaza yang seharusnya kembali ke Malaysia untuk menuntaskan pendidikannya di sebuah Universitas namun blokade membuatnya tertahan di Gaza. Dia harus menghabiskan empat tahun dengan kerja serabutan, termasuk jual beli komputer.

Ihlayyel mencoba beberapa kali untuk meninggalkan Rafah, namun tidak pernah bisa, termasuk saat mencoba mendapat izin dari petugas di Mesir dan masuk ke dalam daftar tunggu.

Pembukaan perbatasan Mesir di Rafah yang hanya beberapa hari setiap bulan, daftar warga yang berusaha keluar dari Gaza mencapai delapan ribu orang hingga akhir Mei.

Namun, pada hari Selasa (8/6), sekitar tiga ribu warga Gaza berhasil menyebrang ke Mesir dan Ihlayyel merasa memiliki kesempatan. Dia tiba sekitar pukul 06.30 pagi dan menunggu namanya dipanggil untuk menerima tiket di bus yang membawanya melintas perbatasan.

Tiga jam kemudian, petugas dari Hamas mengumumkan melalui pengeras suara bahwa tidak akan tiket yang dikeeluarkan pada hari Selasa (8/6), karena bus telah terpakai semua dan tidak akan ada lagi yang diterima Mesir. Semua yang menunggu harus bersabar hingga keesokan hari.

"Saya takut terhadap Hamas, Mesir dan semuanya. Saya benar-benar takut," ujar Ihlayyel sambil menggenggam amplop plastik berisi dokumen perjalanannya.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement