Jumat 11 Jun 2010 04:57 WIB

Israel: Blokade Gaza tidak Dicabut Tanpa Kunjungan Palang Merah

REPUBLIKA.CO.ID,JERUSALEM--Israel tidak akan mencabut blokadenya atas Jalur Gaza jika gerakan Hamas tidak mengizinkan Palang Merah mengunjungi seorang tentara Israel yang ditangkap pada 2006, kata menteri militernya Kamis. "Kami harus berkata jelas bahwa syarat minimal untuk mencabut blokade adalah agar Palang Merah diizinkan untuk mengunjungi secara teratur Gilad Shalit," kata Avigdorn Lieberman dalam pernyataan, merujuk pada prajurit 23 tahun yang ditahan Hamas.

"Sepanjang syarat ini tidak dipenuhi, tidak ada alasan untuk mengubah situasi," katanya menambahkan.

Dengan cepat Hamas menolak pernyataan itu, dan mengatakan bahwa pengaitan Israel dengan nasib Shalit terhadap blokade "suatu upaya untuk menyesatkan dan menutupi upaya-upaya internasional untuk memecahkan pengepungan itu." Gerakan Islam itu mengatakan, pihaknya hanya akan membebaskan Shalit untuk ditukar dengan ratusan tawanan Palestina yang disekap di Israel, termasuk beberapa pemimpin politik dan gerilyawan terkemuka yang bertanggungjawab atas sejumlah serangan mematikan.

Israel kini menghadapi meningkatnya kecaman internasional berkaitan blokade wilayah Palestina itu - yang menutup semua pasokan barang-barang kebutuhan pokok - dan pengkapan serta serangan mematikan terhadap armada kapal bantuan kemanusiaan 31 Mei lalu. Penutupan Jalur Gaza pertama dilakukan ketika Shalit ditangkap oleh Hamas dan kelompok gerilyawan lain dalam serangan lintas perbatasan yang mematikan pada Juni 2006, dan memperketat sanksi-sanksi ketika Hamas menguasai kekuasaan di Gaza setahun lalu.

Negara Yahudi itu mengatakan, penutupan diperlukan untuk menahan Hamas - yang berikrar untuk menghancurkan Israel - dan mendesak pembebasan Shalit, sementara itu kecaman-kecaman blokade mengatakan mereka melakukan "hukuman kolektif." Penutupan itu menghindari pembangunan kembali upaya-upaya setelah Israel melakukan serangan besar-besaran terhadap Gaza pada Desember 2009, yang merusak atau menghancurkan ribuan rumah penduduk Gaza yang miskin karena penindasan itu.

Sebagian besar barang-barang konsumsi dibawa melalui terowongan-terowongan penyelundupan dari Mesir, namun bahan-bahan bangunan tak bisa masuk menyebabkan kebanyakan dari 1,5 juta penduduk Gaza, atau 80 persennya tergantung pada bantuan asing. Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, Rabu mengatakan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza tak boleh "berkelanjutan" dan Prancis mengisyaratkan akan membuka kembali pintu penyeberangan Rafah dengan Mesir, dan juga jalur laut dengan kehadiran para pemantau Eropa.

Hamas mengatakan, pihaknya tidak menentang kehadiran negara-negara Eropa di perbatasan dan bahwa, pihaknya akan mempertimbangkan utuk mengizinkan Uni Eropa untuk mencari kapal-kapal bertujuan Gaza yang diserang negara Yahudi itu.

sumber : ant/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement