Kamis 17 Jun 2010 04:46 WIB

Tantang Amerika, Iran Lanjutkan Pengayaan Uranium

Rep: Antara/ Red: Budi Raharjo
Presiden Mahmoud Ahmadinejad meninjau reaktor nuklir milik negaranya
Presiden Mahmoud Ahmadinejad meninjau reaktor nuklir milik negaranya

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN--Amerika Serikat dan Israel siap-siap meradang. Sanksi tambahan yang diberikan PBB kepada Iran terbukti tak membuat surut negara mullah itu untuk mengembangkan teknologi pengayaan nuklirnya.

Alih-alih menghentikan, Ketua Parlemen Iran, Ali Larijani, malah meminta pemerintah Iran agar mempercepat program pengayaan uranium hingga mencapai 20 persen. ''Parlemen Iran minta pemerintah untuk terus memproduksi uranium diperkaya 20 persen, dan tidak menghentikan semua program itu,'' serunya dihadapan anggota parlemen, Rabu (16/6).

Iran diminta tak perlu memenuhi desakan AS dan sekutunya lantaran Israel pun tetap tak mau tunduk pada perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT). ''Negara-negara pengganggu itu harus memahami bahwa tekanan mereka tidak masuk akal, dan secara proporsional akan dibalas dengan menaikkan uranium yang diperkaya sesuai kebutuhan kami,'' tegas Larijani.

Para anggota Majelis spontan bertakbir sebagai pertanda mendukung seruan pemimpinnya itu seperti ditulis kantor berita ISNA. Uranium yang diperkaya adalah aspek yang paling kontroversial dari program nuklir Iran. Dewan Keamanan (DK) PBB memberlakukan sanksi tambahan untuk kali keempat kepada Teheran pada 9 Juni 2010, karena menolak menghentikan program nuklir itu.

Para pejabat Iran tak gentar dengan sanksi itu. Mereka makal meminta pemerintah tetap memperkaya uraniumnya sampai berkadar 20 persen, setelah negara-negara Barat bersikap dingin terhadap satu usulan yang diprakarsai oleh Brazilia dan Turki, yang bertujuan memberikan bahan bakar itu untuk reaktor riset Teheran.

Uranium diperkaya 20 persen bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk reaktor tenaga nuklir, namun jika dimurnikan lagi sampai berkadar 90 persen bisa digunakan untuk pembuatan inti dari bom atom.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement