REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Pukulan krisis global yang dirasakan sebagian besar warga Amerika Serikat membuahkan pelajaran berharga bagi warganya; lebih berhati-hati memilih cara berinvestasi. Pasar modal tak lagi menjadi primadona. Publik AS, demikian laporan koran The Straits Times, "kembali ke abad lampau" dengan cara menyimpan uang dengan membeli logam emas. "Tak seperti pasar saham dan mata uang yang gampang goyah, tak demikian dengan emas," tulis media ini menirukan sebagian besar alasan mereka berinvestasi emas.
Tidak seperti di Asia dan negara-negara yang dianggap "kuno" lainnya, saham dan properti selalu pilihan investasi tradisionaloleh warga Amerika. "Tetapi sekarang di dalam bangsa yang semula skeptis akan emas, logam kuningitu kini dilihat sebagai pilihan investasi yang relevan sekali."
Bulan lalu, penjualan dari skoin emas berlogo Elang Amerika seberat satu ons melesat ke level tertinggi dalam 11 tahun. Sebanyak 190 ribu koin terjual tahun lalu, hampir tiga kali lipat tahun sebelumnya. "Permintaan terus menguat bulan ini," ujar juru bicara US Mint, lembaga di bawah Departemen Keuangan AS yang bertanggung jawab terhadap pencetakan koin emas dan pecahan mata uang logam.
Demam emas tak hanya melanda warga biasa. Pemodal George Soros, misalnya, beberapa waktu lalu menjadi berita utama ketika dia melipatkan ukuran kepemilikan emasnya, yang sekarang menjadi 7,5 persen dari keseluruhan kekayaannya yang mencapai 8,8 miliar dolar AS.
Penasihat keuangan mengatakan klien telah meminta emas atau saham pertambangan emas untuk dimasukkan dalam portofolio mereka. Ya...ya...benar kata orang tua kita dulu, harga emas tak pernah surut.