REPUBLIKA.CO.ID, DENVER--Invasi terhadap Irak dan Afghanistan memberi tekanan mental yang sangat berat kepada para tentara Amerika Serikat (AS). Selain terus dihantui gangguan jiwa, pasukan AS yang dikirim ke dua wilayah tersebut juga dibayangi 'wabah' bunuh diri. Karena itulah, saat ini militer AS terus gencar mengkampanyekan gerakan melawan bunuh diri.
Seperti dilaporkan kantor berita AP, tahun lalu 163 tentara AS yang aktif bertugas dan 82 tentara penjaga serta cadangan yang tidak aktif, tewas akibat bunuh diri. Di tahun 2008, Kongres AS juga sudah meminta pemerintahannya untuk mempelajari berbagai faktor yang mendorong terjadinya banyak kasus bunuh diri di lingkungan militer AS.
Kolonel Chris Philbrick, direktur Satgas Pencegahan Bunuh Diri Militer AS, mengakui adanya kampanye pencegahan bunuh diri itu. Namun dia menyatakan belum bisa melihat hasilnya secara nyata. Dia hanya mengungkap data statistik yang menunjukkan bahwa kasus bunuh diri di lingkungan militer AS terjadi paling sering di tahun 2009.
Data yang diungkap Philbrick menunjukkan di tahun 2009, sebanyak 245 anggota tentara AS tewas karena bunuh diri di tahun 2009. Angka ini naik sekitar 20 persen dibanding tahun sebelumnya, yakni 197 orang tentara AS yang tewas karena bunuh diri.
Salah warga AS yang anaknya bunuh diri sepulang ditugaskan perang di Irak, Mike Bowman, mengungkapkan bahwa peperangan yang panjang menjadi tekanan mental tersendiri bagi para tentara AS. Bowman adalah ayah dari Tim, militer AS yang bunuh diri di tahun 2005, sepulang dari Irak. "Pemerintah harus memberi perhatian lebih kepada kesehatan mental para anggota militer," ujar dia.