REPUBLIKA.CO.ID,BAGHDAD--Pejabat Indonesia mestinya bisa belajar dari Irak. Menteri Kelistrikan negeri yang baru saja bangkit dari perang itu mengundurkan diri gara-gara tak bisa menyediakan pasokan listrik yang memadai bagi warganya.
Menteri itu kerap mendapatkan protes dari rakyatnya yang kerap merasakan listrik padam. Padahal, setiap tahun, menteri itu berjanji akan menyediakan pasokan listrik yang lebih baik setiap tahunnya. Menteri yang bernama Karim Waheed itu mundur setelah warga memprotesnya dan berakhir dengan kerusuhan akhir pekan lalu, di pusat minyak, Basra.
Saat itu dua pengunjuk rasa tewas seketika saat pasukan kemanan melepaskan tembakan untuk membubarkan kerumunan. Bahkan kejadian yang semakin kacau juga membuat polisi anti huru hara terpaksa menggunakan meriam air. Ini terjadi karena warga mulai melempari polisi dengan batu.
Menurut Waheed, masyarakat Irak sudah tak sabar dengan penderitaan yang menimpa mereka. ''Jadi saya mengundurkan diri dari jabatan sebagai menteri kelistrikan,'' ujarnya.
Di negara kaya minyak itu, pemerintah tak mampu menyediakan listrik untuk warga. Selama sehari pemerintah hanya memberi penerangan pada warga enam jam sehari dengan menarik tarif lebih dari 50 dolar AS terutama untuk penggunaan generator swasta per bulannya. Tak hanya itu, air bersih dan kebutuhan lain pun menjadi hal yang langka.
Pejabat Irak saja berani mengundurkan diri karena merasa gagal menyediakan listrik bagi rakyatnya, bagaimana dengan di Indonesia? Jawabannya mungkin, 'tahu ah gelap.' Jangan kan mengundurkan diri. Pemerintah Indonesia justru berniat menaikkan tarif listrik mulai 1 Juli 2010 meski listrik masih byar-pet.