REPUBLIKA.CO.ID, NUSSEIRAT--Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak melihat alasan lain bagi Israel untuk mengulur-ulur pelonggaran blokade atas Jalur Gaza. Krisis, layanan pendidikan dan kesehatan adalah beberapa alasan diantaranya mendesaknya agar blokade segera diangkat.
Para siswa di Gaza berjejal dalam sebuah kontener kapal yang digunakan sebagai ruang kelas, karena defisit gedung sekolah terjadi di mana-mana di wilayah Jalur Gaza. Larangan masuknya material menyebabkan gedung sekolah yang hancur akibat serangan Israel tidak dapat diperbaiki. Menyambut tahun ajaran baru di Gaza kekurangan ruang kelas pun menjadi semakin parah.
Sementara itu di rumah sakit terbesar di Gaza, pasien cuci darah selalu khawatir karena pemadaman listrik yang terlampau sering. Layanan CT Scan digunakan hanya untuk kasus yang paling mendesak karena tidak ada suku cadang untuk memperbaiki sistem pendingin yang rusak. Layanan kesehatan yang sudah minim di Gaza semakin parah sejak blokade diberlakukan Israel pada 2007 silam.
Kini di bawah tekanan internasional, Isrel menjanjikan untuk melonggarkan pembatasan, di saat yang sama PBB menegaskan tindakan mendesak diperlukan. "Israel harus merealisasikan itu dalam hitungan hari, bukan bulan," kata seorang pejabat bantuan resmi PBB, John Ging, Senin (21/6).
Selama tiga tahun blokade, PBB telah dipaksa membatalkan proyek konstruksi bantuan senilai 110 juta dolar. Diantaranya adalah enam gedung sekolah, lima klinik kesehatan serta 2.300 ruangan rumah susun untuk warga miskin Gaza yang kehilangan tempat tinggal akibat operasi militer Israel.
Israel memang telah mensinyalkan adanya perubahan kebijakan bahwa mereka akan memperlonggar aliran barang-barang untuk masuk Gaza, namun kapan hal itu akan efektif dilaksanakan masih belum jelas.
Israel bersikeras mempertahankan blokade laut dan memeriksa kargo darat untuk mencegah senjata-senjata dan peluru kendali jatuh ke tangan kelompok Hamas yang menguasai Gaza. Israel masih samar-samar mengenai bagaimana dan kapan pelonggaran blokade Gaza dapat dilakukan.
Mayor Guy Inbar, Departemen Pertahanan Israel menyatakan di masa mendatang, Israel menyatakan akan membolehkan pembangunan proyek infrastruktur publik bekerjasama dengan perwakilan organisasi internasional termasuk PBB. "Jika tidak ada masalah keamanan, akan ada perundingan mengenai berapa banyak materi yang dibutuhkan," ucapnya.
Program Bantuan
Selama masa blokade, program bantuan PBB otomatis terhenti, kecuali beberapa proyek dimana sekjen PBB Ban Ki Moon turun langsung melakukan intervensi. Baru bulan lalu Israel mengizinkan semen dan bahan bangunan lainnya tiba di Gaza untuk proyek-proyek PBB. "Sekarang akan semakin cepat prosesnya," tambah Inbar.
Tapi, banyak pertanyaan masih belum terjawab, termasuk apakah Israel akan membiarkan Gaza melakukan perdagangan sebagai kunci untuk menghidupkan industri dan menciptakan lapangan pekerjaan. Israel saat ini mengoperasikan satu pintu untuk keluar masuk Gaza dan menyatakan akan membuka pintu lain jika masalah keamanan ditangani.
Bahkan sebelum blokade diberlakukan 119 sekolah PBB yang ada di Gaza penuh sesak, sehingga para siswa harus bergiliran berdesakkan dalam ruang kelas. Di kamp pengungsi Nusseirat, PBB menggunakan 17 kontainer untuk sekolah menengah yang memiliki 900 siswa laki-laki pada tahun ajaran 2009-2010.
Tukang las memotong bukaan pintu dan jendela dan mengecat kontener itu berwarna putih dan mengubahnya menjadi ruang kelas, serta laboratorium ilmu kecil, perpustakaan dan ruang komputer.
Al-Hor, salah satu guru di pengungsian itu mengatakan murid-muridnya mencetak hasil tes terbaik di Gaza. "Kalian tidak punya tanah, uang dan miskin yang kalian miliki adalah pendidikan," ujarnya. Rumahsakit Shifa milik pemerintah Hamas juga seakan hidup enggan mati tak mau. Beberapa alat ebdah mengandalkan barang selundupan dari terowongan Mesir-Gaza.
"Kita perlu penghapusan blokade penuh," kata juru bicara UNRWA Christopher Gunness, badan bantuan PBB bagi pengungsi Palestina.
Strategi Israel, menurut dia adalah membuat masyarakat internasional berbicara tentang kantong semen di sini, padahal yang diperlukan adalah akses penuh tak terbatas melalui semua penyeberangan. Konferensi donor Internasional di Mesir menghasilkan janji rekonstruksi senilai 2,8 miliar dolar untuk membangun kembali Gaza setelah perang, tetapi blokade telah menghambat masuknya bahan bangunan.