Jumat 25 Jun 2010 17:45 WIB

Pemerintah Spanyol Selidiki Pemegang 3.000 Rekening Swiss

REPUBLIKA.CO.ID,MADRID--Otoritas pajak Spanyol sedang menyelidiki pemegang sekitar 3.000 rekening bank rahasia di Swiss tentang kemungkinan belum membayar pajak, Menteri Keuangan Elena Salgado mengatakan pada Kamis.

Dia mengatakan kementerian keuangan telah mengirim semua pemilik rekening meminta untuk menyatakan asal dana, di mana mereka akan diminta untuk membayar pajak dan denda sesuai keperluan. "Mereka tahu bahwa memerangi penipuan menjadi lebih intens," katanya di televisi publik Spanyol.

Dia menolak untuk menunjukkan jumlah uang yang terlibat, tetapi harian bisnis Expansion mengatakan rekening dimiliki oleh kebanyakan orang terkaya Spanyol, bisa menampung total sekitar 6,0 miliar euro (7,4 miliar dolar). Dikatakan Spanyol menerima rincian rekening dari berwenang Prancis.

Pada Januari 2009, otoritas Prancis menyita data nasabah yang dicuri dari raksasa perbankan HSBC cabang Jenewa oleh mantan karyawannya. Salgado mengatakan Spanyol mengejar kembali sekitar 35 miliar euro dari penipu pajak di tahun-tahun terakhir. "Kami meningkatkan upaya kami" terhadap penipuan pajak, katanya.

Langkah itu diambil karena pemerintah Sosialis Spanyol mendorong maju dengan tindakan pengetatan berat untuk memangkas defisit publik yang besar. Perdana Menteri Jose Luis Rodriguez Zapatero mengatakan bulan lalu bahwa ia merencanakan pajak baru pada orang-orang terkaya di negeri ini.

Tapi pemerintah telah mengesampingkan mengumumkan sebuah "amnesti pajak" untuk meningkatkan kas negara, seperti disetujui di Italia bulan ini dan yang memungkinkan pemulangan dana tanpa menjelaskan bagaimana mereka peroleh.

Tetangga Swiss dan ekonomi terkemuka di dunia ini telah memaksa negara untuk menawarkan konsesi atas kerahasiaan perbankan selama satu tahun terakhir, dalam sebuah larangan internasional pada penggelapan pajak. Pemerintah Swiss telah berjanji menemukan cara-cara untuk mencegah orang asing menyembunyikan dana rahasia di bank di negara itu.

sumber : ant/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement