REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK--Pangeran Inggris Harry dalam wawancara yang diudarakan pada Senin menyatakan ingin kembali ke Afghanistan, tapi tak pasti akan dibolehkan. Lelaki berusia 25 tahun, cucu Ratu Elizabeth itu, dan ketiga dalam garis tahta Inggris, meninggalkan Afghanistan secara dini dua tahun lalu di tengah ketakutan akan keselamatannya dan tentara, yang bertempur bersamanya setelah berita bocor bahwa ia bertugas di garis depan sebagai perwira tentara Inggris.
"Saya mau sekali kembali, benar-benar ingin," katanya kepada acara televisi ABC "Selamat Pagi Amerika". "Sepanjang karir ketentaraan saya mengizinkan dan secara politik dibolehkan, saya akan mengabdi kepada negara saya seperti tentara lain."
Ia menyatakan sulit tidak kembali ke Afghanistan. "Itu sulit. Pada akhir hari Anda berlatih untuk perang, sesederhana itu," katanya. "Jika kami bisa damai, itu luar biasa, tapi jika kami berperang, maka Anda ingin berada bersama saudara seperjuangan."
Penugasan sepuluh pekan Pangeran Harry pada 2008 menandai pertama kali ningrat Inggris di pertempuran sejak perang Malvinas pada 28 tahun lalu, ketika Pangeran Andrew menerbangkan helikopter. Sesudah kehadirannya diketahui, terjadi peningkatan keprihatinan bahwa ia dapat menjadi sasaran Taliban, Alqaida atau kelompok lain di Afghanistan.
Pangeran itu menghabiskan akhir pekan di New York, bermain dalam pertandingan polo amal dan menghadiri acara lain untuk mengumpulkan dana untuk kerja amal dengan korban AIDS di Lesotho dan dengan veteran perang.
Sejumlah 307 tentara Inggris tewas di Afghanistan sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat atas Afghanistan pada 2001. Inggris menugaskan sekitar 9.500 tentara untuk bertempur di Afghanistan, terutama di dan di sekitar propinsi Helmand di selatan, yang menjadi ajang sengit pertempuran di negara terkoyak perang itu.
Letnan Jenderal Inggris Nick Parker mengambil alih kepemimpinan sementara pasukan pimpinan NATO di Afghanistan setelah Jenderal Amerika Serikat Stanley McChrystal dibebaskan dari tugasnya, kata Downing Street pada Rabu. Parker, wakil McChrystal di Afghanistan, tetap berada pada jabatan itu hingga Jenderal David Petraeus ditempatkan secara resmi sebagai komandan pasukan asing di negara tersebut.
Keputusan itu terjadi dalam pembicaraan antara Perdana Menteri Inggris David Cameron dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama setelah presiden negara adidaya tersebut memecat McChrystal pada Rabu.
Jenderal itu membuat ucapan meremehkan dalam wawancara dengan majalah, kata pemerintah Inggris.
Pemerintah gabungan baru di London menjadikan perang di Afghanistan kebijakan utama politik luar negerinya.
Namun, dengan Inggris menghadapi kesulitan anggaran, pemerintah Perdana Menteri David Cameron ingin mengurangi biaya di Kementerian Pertahanan sampai sedikitnya 25 persen, meskipun telah berikrar menambah dukungan tentara. Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin.
Osama dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001. Kekuatan ISAF diperkirakan 142.000 tentara dan meningkat menjadi 150.000 orang pada Agustus. Banyak di antara tentara dari 43 negara itu tewas akibat peledak rakitan IED, yang ditanam pejuang Taliban.