Kamis 01 Jul 2010 03:10 WIB

Rusia Sinis Tanggapi AS soal Mata-mata

Rep: wulan tunjung palupi/ Red: Ririn Sjafriani

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Moskow dengan marah menolak tuduhan Washington bahwa pihaknya telah membongkar kedok mata-mata Rusia. Meskipun pejabat AS meyakinkan intelijen gaya Perang Dingin itu tidak akan mempengaruhi hubungan kedua negara yang tengah menghangat.

Menanggapi penangkapan mata-mata ini Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin mengatakan penangkapan 10 orang yang diduga mata-mata Rusia, yang kemudian bertambah menjadi 11 orang itu berada di luar kendalinya.

"Saya berharap semua perkembangan positif yang telah dicapai dalam hubungan kedua negara tidak rusak oleh peristiwa baru-baru ini," kata Putin pada mantan Presiden Amerika Bill Clinton yang tengah berkunjung ke Moskow.

Tersangka ke-11 ditangkap di Siprus dan dibebaskan dengan jaminan. Departemen Luar Negeri Rusia mengatakan mereka yang ditahan di Amerika Serikat adalah warga negara Rusia dan tuduhan yang diarahkan pada mereka tidak berdasar. Sebagian dari mereka yang ditangkap adalah warga negara Rusia, sementara masih ada tersangka yang belum diungkap kewarganegaraannya.

Di Washington, juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengatakan kasus ini tidak akan membuat Presiden Obama menjauh dari Rusia. "Kami telah membuat awal baru untuk bekerja sama dalam isu-isu Korea Utara dan Iran, menurut saya ini tidak akan mempengaruhi hubungan kami."

Para tersangka mata-mata sebelumnya hidup layaknya warga AS lainnya, memiliki nama Amerika dan tinggal di pinggiran kota selama bertahun-tahun, dituduh mengumpulkan informasi mulai dari data program hulu ledak nuklir hingga meneliti latar belakang pelamar kerja Badan Intelijen AS (CIA).

Gibbs menuturkan, Presiden Barack Obama baru mengetahui tentang penyelidikan mata-mata sebelum ia bertemu dengan Presiden Rusia Dmitry Medvedev di Washington akhir pekan lalu, namun tidak menyebutkan itu dalam pembicaraan mereka.

"Pemilihan waktu (penangkapan) sangat anggun," ujar Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov sinis menjawab pertanyaan wartawan. Pejabat Rusia lainnya juga tidak percaya bahawa waktu penangkapan dilakukan setelah pertemuan kedua kepala negara bukan merupakan sebuah kebetulan.

"Kami tidak mengerti apa yang diinginkan Departemen Kehakiman AS dengan membuat pernyataan publik seperti spionase Perang Dingin," kata Menteri Luar Negeri Lavrov dalam sebuah pernyataan. Departemen Kehakiman menyatakan pengacara dan diplomat Rusia diberikan akses ke tersangka dan mereka mengikuti semua prosedur konsuler.

Nikolai Kovalyov, mantan kepala badan KGB mengatakantuduhan AS bagai sebuah novel mata-mata yang buruk. Kovalyov yang kini anggota parlemen menilai penangkapan merupakan upaya oleh beberapa kalangan yang tak suka hubungan AS-Rusia membaik. "Kita sebagai dua kekuatan besar kita harus berdiri bersama-sama," katanya.

sumber : AP/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement