REPUBLIKA.CO.ID, HANOI, VIETNAM--Seorang praktisi akunpuntur wanita yang mengklaim mampu mendeteksi keperjakaan seorang pria berdasar titik kecil di telinga menjadi selibriti lokal di Vietnam. Ia baru-baru ini menolong membebaskan tiga lelaki, tervonis pemerkosa dari hukuman penjara.

Pakar pengobatan alternatif, Pham Thi Hong, 53 tahun, mulai melancarkan usaha lobi pembebasan para pria tersebut. Ia bahkan membawa kasus tersebut ke presiden karena meyakini tiga pria tersebut masih perjaka, sehingga tidak mungkin bersalah karena memperkosa.

"Mereka semua memiliki titik kecil merah di belakang telinga mereka," ujar Hong, Kamis, 1 Juli. "Titik itu akan hilang bila mereka telah melakukan hubungan seksual sekali saja. Pengalaman saya selama bertahun-tahun memberi tahu semua pria itu tidak pernah berhubungan seks," ujarnya.

Klaim Hong sangat tidak biasa, bahkan di sebuah negara di mana akupuntur dan pengobatan tradisional masih menjadi perawatan umum, namun kegigihan Hong membuat kasus tersebut dibuka lagi--meski berisiko membuat ia kehilangan pekerjaan. Penuntut umum pun memeriksa kembali kasus tersebut. Vonis tersebut pun sebenarnya ditunda karena prosedur cacat hukum yang dilakukan penyidik sebelumnya.

"Sungguh kami berterima kasih atas upayanya, para penyidik membuka ulang kasus yang sudah lama terkubur," ujar seorang kuasa hukum, Nong Thi Hong Ha, dari satu pria yang dibebaskan

Si ahli akupuntur itu yakin ketika ia menemukan titik merah kecil di telinga salah satu narapidana, Nguyen Dinh Kien, saat pertama kali lelaki itu datang untuk meminta pengobatan empat tahun lalu. Kala itu Kien dibawa ke rumah sakit dari penjara, di mana ia ditahan selama 16 tahun setelah divonis melakukan pemerkosaan ramai-ramai terhadap wanita berusia 20 tahun pada 2000.

Setelah melihat titik ditelinga Kien, Hong meyakini sikap ngotot lelaki itu yang menyatakan dirinya tidak bersalah. Ia kemudian memeriksa dua terdakwa lain dan memulai kampanye pembebasan mereka. Akhirnya, Presiden Vietnam, Nguyen Minh Triet-lah yang memerintahkan kasus tersebut dibuka dan diperiksa kembali.

Ikuti Whatsapp Channel Republika