REPUBLIKA.CO.ID, BISHKEK--Pemimpin sementara Rosa Otunbayeva dilantik sebagai presiden perempuan pertama republik Kirgistan, Asia Tengah.
Otunbayeva berkuasa setelah kerusuhan berdarah bulan April lalu yang berujung pada tergulingnya Presiden Kurmanbek Bakiyev. Mantan menteri luar negeri ini menjadi presiden perempuan pertama di bekas negara komunis itu.
Pelantikan dilakukan setelah referendum konstitusi baru yang merupakan landasan pembentukan parlemen pertama di kawasan itu. Ia dilantik di gedung yang digunakan oleh konser di masa Soviet di ibukota Bishkek.
Konstitusi
Komisi Pemilihan Kirgistan mengatakan lebih dari 90% suara untuk referendum hari Minggu memilih pembentukan konstitusi.
Pada bulan April lalu, ribuan rumah dan toko-toko hancur dan sekitar 400.000 orang, banyak diantaranya minoritas Uzbek, kehilangan tempat tinggal.
Angka resmi korban kekerasan di Osh dan Jalal-Abad sekitar 300, menurut kantor berita AP. Namun Otunbayeva mengatakan sekitar 2.000 orang tewas dalam kekerasan.
Sebagian besar kerusuhan itu disebutkan melibatkan warga etnik Kirgis yang menyerang dan membakar kawasan berpenduduk Uzbek.
Hari Jumat, penjabat wakil perdana menteri, Omurbek Tekebayev, yang memegang peranan penting dalam menyusun konstitusi baru, mengatakan dia akan mundur dari kabinet bulan ini untuk mempersiapkan pemilu Oktober.
Pengunduran dirinya dilakukan setelah Otunbayeva meminta kepada para calon untuk kabinet sementara agar mengundurkan diri. Ia mengatakan langkah itu merupakan satu-satunya cara untuk menjamin pelaksanaan pemilu, menurut kantor berita AP.