REPUBLIKA.CO.ID, WARSAWA--Sebuah jajak pendapat dibuka di Polandia ketika negara itu memulai pemilu putaran kedua yang menentukan calon presiden berikutnya. Sejauh ini, tak ada satu pun kandidat, baik Bronislaw Komorowski atau Jaroslaw Kaczynsky yang memenangkan lebih dari 50 persen suara pada pemilu putara pertama 20 Juni lalu.
Pengamat mengatakan selisih hasil pemilu akhir bisa sangat mendekati satu sama lain. Hasil pemilu akan diumumkan Senin dan kantor jajak pendapat itu akan ditutup, Ahad ini pukul 8 malam waktu setempat.
Salah satu kontentan yang dikena beroerientasi dagang, Bronislaw Komorwski, dari pihak berkuasa, Civic Platform, menghadapi kelompok konservatif, partai Hukum dan Keadilan, Jaroslaw Kaczynski, yang menjadi oposisi utama.
Dalam pemilu putaran pertama, Komorowski meraih 41,5 % suara dan Kaczynski meraup 36,5 %. Sementara delapan kandidat lain tersingkir.
Pendukung Komorowski melihat calonnya mampu bekerja baik dengan Perdana Menteri, Donald Tusk, dalam upaya mengatasi defisit fiskal. Pada kampanyenya, 2 Juli lalu, Komorwski berkata "Anda memiliki pilihan antara seorang politis yang mengikatkan diri dengan kemarahan pribadi dan keluhan dan masa dengan dengan seorang Polandia bervisi optimistik."
Komorowski menjadi presiden sementara, menggantikan pendahulunya, saudara kembar Kaczynsky, Lech Walesa, yang meninggal akibat kecelakaan pesawat dalam perjalanan melawat ke Rusia. Pasangan Presiden Polandia dan istrinya meninggal ketika pesawat yang membawa mereka jatuh di Smolensk, 10 April lalu, ketika akan menghadiri upacara peringatan pembantaian Katyn Perang Dunia II.
Sementara, pendukung Kaczynski yang kini berusia 61 tahun, berharap kemenangan terhadap kandidat mereka akan menekan pemangkasan di pembelanjaan publik. Pada hari yan sama, Kaczynski berkata, "Pemilu ini diawali dengan tragedi. Saya harap akan berakhir dengan sebuah kesuksesan besar bagi Polandia."
Kaczynski pernah menjabat sebagai perdana menteri namun berdasar pemilihan ia dipaksa turun pada 2007. Sejumlah pengamat mengatakan Kaczynski mencoba membawa dirinya sebagai pria yang telah berubah, bersiap untuk kompromi dengan penentang, saat menyadari kekalahannya.
Presiden Polandia memiliki peran dalam urusan luar negeri serta kekuasaan untuk mengajukan dan memveto undang-undang meski kebijakan diatur oleh Perdana Menteri.